Perkuat Pertahanan Diri, Kunci Memutus Mata Rantai Hoax

Perkuat Pertahanan Diri, Kunci Memutus Mata Rantai Hoax
Ilustrasi. Foto: JPNN

Baik melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan lembaga-lembaga lainnya.

Selain itu, peran-peran media yang klasik dan mainstream yaitu koran atau televisi, radio juga tidak boleh dilupakan.

Menurutnya, media-media mainstream dan klasik itu, konten beritanya dipastikan kebenaran beritanya lebih bisa dijamin.

Arief menegaskan bahwa eksistensi Pancasila dan NKRI tidak boleh dijadikan bahan negosiasi.

Dia juga mengkritisi pihak-pihak yang menjadikan fenomena pemilihan kepala daerah (Pilkada), khususnya Pilkada Gubernur DKI Jakarta, sebagai ajang memecah belah bangsa dengan menggunakan isu agama.

Bahkan itu dilakukan tidak hanya melalui medsos, tapi juga pamflet-pamflet yang disebarkan ke masyarakat.

"Saya cuma bilang rugi sekali bangsa ini. Saat kita nanti mendapatkan putra-putra terbaik yang pintar, yang punya akhlak justru terjebak dengan isu sempat yang sengaja digaungkan sekelompok orang. Kalau berbicara akhlak kan tidak harus orang Islam, yang punya niat sangat suci untuk membangun,” ujarnya.

“Apakah kita tahu di balik pamflet itu adalah aksi politik? Apakah pamflet itu ada kalau tidak ada Pilkada DKI? Apakah pamflet itu ada kalau tidak ada segelintir kekuasaan yang ingin dipertahankan oleh politisi-politisi yang tidak peduli setelah pilkada, ada masyarakat yang terkontaminasi alam dan pikirannya dengan konsep-konsep berbahaya yang pada dasarnya bisa menghancurkan Pancasila?" papar Arief.

Berita hoax dan radikalisme yang tersebar melalui media yang tidak bertanggung jawab dan sosial media (sosmed) tidak hanya bisa meracuni, tapi juga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News