Permintaan Terakhir Rhys
Sabtu, 08 Mei 2021 – 20:37 WIB

A portrait of teenage Wudinna high school student Rhys Habermann, who died in 2017 after a battle with cancer, next to the framed words "freedom and change". (ABC News: Carl Saville)
Keputusan Rhys untuk merekam kematiannya terbukti sangat penting dalam membebaskan keluarga Habermann dari tuntutan hukum.
"Video itu ternyata sangat penting. Tanpa itu, hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi dengan kami," kata Liz.
Dia mengatakan kematian putranya akan jauh lebih ringan sekiranya eutanasia sukarela diperbolehkan.
"Jika pilihan itu tersedia untuk Rhys, anak-anak kami bisa berada di sana jika mereka mau," katanya.
"Setidaknya kami bisa saling mendukung, dan tak perlu mengirim anak-anak kami yang lain ke rumah teman, menyembunyikan apa yang sedang terjadi."
"Perjuangan mental yang kami semua alami akan berkurang sekiranya kami tidak menghadapi pemeriksaan polisi."
Tatkala Rhys Habermann, seorang remaja yang sakit parah, menyampaikan pesan terakhirnya pada suatu malam di bulan Januari yang panas empat tahun lalu, ia bermaksud melindungi orangtuanya dari tuntutan hukum
BERITA TERKAIT
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS