Pernah Diusir dari Loby, Berkantor di Bawah Pohon

Pernah Diusir dari Loby, Berkantor di Bawah Pohon
Ahmad Sahroni di ruang kerjanya di Ahmad Sahroni Center jalan Gadang no 10 Tanjung Priok, Jakarta, kemarin (20 Juni 2013). Foto; Agus Wirawan / JAWA POS
Setelah ilmunya matang, anak penjual nasi padang di Pos 3 pelabuhan Tanjung Priok ini akhirnya memutuskan keluar pada 2004. Bersama beberapa temannya dia membuat perusahaan sendiri tanpa memiliki kantor.”Kebetulan di dekat kantor ada pohon besar, itu yang jadi kantor kita, nongkrong disitu, terima-terima telpon, transaksi dan lain-lain,” kata dia.

Meski tidak lagi bekerja di PT Millenium Inti Sentosa, namun, beberapa klien besar tetap mencari Roni dan kawan-kawannya saat ingin membeli bahan bakar kapal. Dia harus benar-benar bekerja keras untuk mengelola dan mencari keutungan.”Kalau ada yang minta berapa ribu ton (bahan bakar), saya iya-iyakan aja. Uangnya dari mana, ya minjem orang dulu,” katanya sambil tertawa.

Pernah suatu ketika, Roni bertemu seorang pengusaha kapal dari Cirebon di lapangan golf. Tanpa tahu latar belakang Roni, bagaimana perusahaannya, pengusaha tersebut langsung meminta Roni mensuplai bahan bakar senilai Rp 1,9 miliar.”Bayar cash dimuka. Padahal harusnya takutlah. Akhirnya bisa kita layani sampai akhirnya jadi klien tetap,” tukasnya.

Namun bisnisnya juga tidak luput dari penipuan. Keputusan untuk bekerjasama dengan seorang pengusaha terkenal, justru membuatnya harus menganti uang Rp 550 juta. Padahal saat itu uangnya hanya sekitar Rp 80 juta. “Saya sampai nangis karena disuruh menandatangani surat utang Rp 550 juta. Setelah itu saya berdoa semoga diberi rezeki berlipat dari itu,” harapnya.

NASIB orang siapa yang tahu. Kalimat itu menggambarkan kisah hidup Ahmad Sahroni, 36,  yang dulu sopir pribadi, melesat cepat menjadi seorang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News