Pernah Diusir dari Loby, Berkantor di Bawah Pohon

Pernah Diusir dari Loby, Berkantor di Bawah Pohon
Ahmad Sahroni di ruang kerjanya di Ahmad Sahroni Center jalan Gadang no 10 Tanjung Priok, Jakarta, kemarin (20 Juni 2013). Foto; Agus Wirawan / JAWA POS
Di sisi lain, bosnya justru semakin tenggelam dengan kekayaan yang berlimpah. Setiap hari hidupnya hanya diisi dengan berfoya-foya menikmati hasil kerja keras anak buahnya. “Bos saya waktu itu tiap hari kerjaannya mabuk, main perempuan, tidur hotel, kerja. Besoknya lagi seperti itu, tiap hari. Sedangkan saya anter-anterin seperti kerja 24 jam,” kenang Roni.

Suatu ketika, bos menantang Roni untuk menagih piutang perusahaan senilai Rp 1,7 miliar yang sudah tidak tertagih selama tiga tahun. Padahal bosnya sudah mengerahkan pengacara, debt collector,  hingga aparat. “Kompensasinya cukup menggiurkan, kalau sukses langsung diangkat jadi karyawan tetap. Itu bos langsung yang ngomong,” tandasnya.

Strategi langsung dirancang. Roni pertama-tama menemui Satpam, lalu Kepala Satpam, berlanjut ketemu staf keuangan hingga akhirnya diantar menemui Direktur Keuangan.”Dalam waktu lima hari uang itu cair, tapi dipotong 25 persen untuk fee orang dalam. Setelah itu saya langsung jadi karyawan dengan gaji Rp 265 ribu dan uang makan Rp 6.000 perhari,” katanya.

Keberhasilan pertama itu membuat bos-nya sangat mempercayai Roni. Beberapa tantangan lain akhirnya juga dapat diselesaikan dengan baik. Alhasil, dalam waktu beruntun dia mendapat promosi jabatan dengan cepat.”Tahun 2001 diangkat, 2002 jadi manager, 2003 jadi Direktur. Sangat cepat, karena saya bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan penting,” ungkapnya.

NASIB orang siapa yang tahu. Kalimat itu menggambarkan kisah hidup Ahmad Sahroni, 36,  yang dulu sopir pribadi, melesat cepat menjadi seorang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News