Pernikahan Mubarakah: Detik-detik Arifin Cium Kening Karima

Pernikahan Mubarakah: Detik-detik Arifin Cium Kening Karima
Pernikahan Mubarakah: Muhammad Arifin Saddoen (kiri) pertama kalinya melihat wajah istirinya, Nur Aisyah Karima (gaun putih). Foto: FUAD MUHAMMAD/KALTIM POST/JPNN.com

Berparas tampan dan berpendidikan tinggi. Membuatnya dengan senang hati melepas putri kesayangan. “Malah anak saya yang minder,” tutur Karimusa.

Dia bercerita, pertama kali mengenal Arifin melalui selembar biodata yang disertai foto. Disodorkan panitia acara pernikahan mubarakah. Setelah bertemu langsung, Jumat (80/11) lalu, keyakinan Karimusa meningkat. Menjadikan pemuda asal Kepulauan Bangka Belitung itu sebagai menantu.

“Namun tetap saya serahkan kepada anak saya. Yang jelas pesan saya satu. Jangan sampai menyesal karena menolak. Karena saya yakin, dia (Arifin) agamanya bagus. Itu yang utama mencari pasangan hidup,” kata pria 52 tahun itu.

Akhirnya Karima menerima. Membuat hati Karimusa selaku orangtua gembira. Persiapan pun dilakukan. Undangan diumumkan sehari sebelum pelaksanaan akad. Karena panitia acara baru mengumumkan resmi masing-masing pasangan satu hari sebelum pernikahan.

Namum tenda sudah didirikan. Sesuai tradisi, meski sudah berstatus suami istri, Arifin dan Karima duduk di pelaminan sendiri-sendiri.

“Alhamdulillah sesuai ekspektasi. Ganteng,” ucap Karima ditemui ketika duduk di pelaminannya dengan pipi merona.

Lewat steering commite-lah, pasangan pengantin seperti Arifin dan Karima bisa disatukan. Bukan perkara mudah untuk menyatukan dua insan yang tak saling mengenal itu. Ada cara dan sistem yang telah dibangun para pendiri dan perintis Hidayatullah selama 41 tahun tradisi pernikahan mubarakah eksis.

“Kami buat grade (kelas) dulu,” sebut Amin Mahmud, salah satu steering commite.

Tradisi pernikahan mubarakah dijalankan di Pondok Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Teritip, Balikpapan Tmur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News