Pernyataan Keras Pengamat Diarahkan ke Penolak PPDB Sistem Zonasi

Pernyataan Keras Pengamat Diarahkan ke Penolak PPDB Sistem Zonasi
Siswa SD di daerah pedalaman berangkat ke sekolah. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar pendidikan Ijte Chodijah menyebut, para orangtua calon siswa yang meributkan PPDB (penerimaan peserta didik baru) sistem zonasi selama ini diuntungkan oleh keberadaan sekolah-sekolah yang dianggap favorit.

Dan anak-anaknya hanya pantas bersekolah di sekolah-sekolah itu. Sedangkan, anak-anak dari kalangan ekonomi ke bawah tidak pantas belajar di sekolah favorit.

”Orang-orang yang menjerit adalah yang merasa pinter, ekonomi mapan, dan merasa berhak sekolah di sekolah favorit,” ujar Ijte seperti diberitakan Jawa Pos.

Dan selama ini mereka yang tersingkirkan tidak pernah protes. Karena nature kaum marjinal tidak punya keberanian untuk bersuara. ”Apalagi ada perasaan ya memang kita kan tidak sepintar orang yang sekolah favorit,” imbuhnya.

BACA JUGA: PPDB SMA di Jatim Sempat Dihentikan, Data Pendaftar tak Akan Hilang

Padahal untuk menjadi pintar itu banyak macam-macamnya. Yang berasal dari keluarga dengan dana cukup, mereka memiliki banyak sekali kesempatan untuk mendapat tambahan belajar. Prestasi belajarnya itu bukan karena sekolahnya saja. Tapi juga ikut bimbingan belajar tambahan yang intensif di luar.

Semua sekolah negeri itu fasilitas publik. Tidak bisa disekat-sekat jadi sekolah pinter, favorit, kaya dan lain sebagainya. Harus bebas.

”Nah, bagi siswa yang berani sekolah jauh demi mengejar favorit itu karena mereka memiliki fasilitas. Sekolahnya di Jakarta Selatan padahal rumahnya di Bekasi, misalnya. Itu kan tidak tepat,” ujar perempuan yang juga sebagai anggota Badan Akreditasi Nasional itu.

Para orangtua calon siswa yang menolak PPDB sistem zonasi dianggap selama ini memang diuntungkan keberadaan sekolah favorit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News