Pemilu Thailand

Perolehan Suara Tak Sesuai Survei, Tuding Petahana Curang

Perolehan Suara Tak Sesuai Survei, Tuding Petahana Curang
Warga Thailand memilih dalam pemilu pertama sejak kudeta militer 2014 silam, Minggu (24/3). Foto: AFP

"Ini membuat rakyat skeptis terhadap hasil pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus menyelesaikan masalah ini. Sebab, jika rakyat tidak percaya hasil pemilu, ke depan ada lebih banyak masalah," tegasnya.

Hal yang sama dirasakan mayoritas penduduk Thailand. Media sosial di negara tersebut dipenuhi nada kecurigaan soal kecurangan pemilu. Ada dugaan, kecurangan sudah dilakukan secara sistematis sehingga jalan Prayuth untuk kembali menjadi PM terbuka lebar. Tagar dalam bahasa Thailand yang berarti pemilu curang dan KPU gagal pun bertebaran.

Salah satu yang membuat publik curiga adalah angka kehadiran pemilih yang hanya 64 persen. Itu terbilang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya di atas 80 persen.

Di beberapa tempat pemungutan suara, hasil voting dan angka kehadiran tidak sama. KPU juga berkali-kali memundurkan jadwal pengumuman hasil sementara pemilu. Hasil akhir baru dipaparkan kepada publik sekitar 9 Mei mendatang.

Sekitar 1.500 balot dari penduduk Thailand yang tinggal di Selandia Baru juga tak dihitung. Alasannya, balot itu tiba Minggu (24/3) di atas pukul 17.00. Itu memang batas akhir penutupan pemungutan suara. Pesawat yang membawa balot tersebut tidak bisa tiba tepat waktu karena adanya penundaan penerbangan.

Open Forum for Democracy Foundation (P-Net) memaparkan, politik uang terjadi sebelum dan saat pemungutan suara. Jaringan pengamat pemilu juga mengambil beberapa foto orang yang mendapat THB 100 (setara Rp 44 ribu) agar memilih partai tertentu. (sha/c5/dos)


Pemilu Thailand diduga dipenuhi kecurangan. Pasalnya, perolehan suara sejumlah partai oposisi tak sesuai survei. Tertuduhnya tentu saja petahana, PM Prayuth Chan-o-cha


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News