Persaingan Menjadi Guru Agama Islam Bakal Makin Ketat
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Agama membuat regulasi baru, yakni sarjana non Tarbiyah (kependidikan) diperbolehkan untuk menjadi guru agama.
Kemenag beralasan upaya ini untuk menambal kekurangan guru agama di madrasah maupun sekolah.
Dengan regulasi ini, bisa dipastikan persaingan untuk menjadi guru agama Islam tahun depan bakal semakin ketat.
Dirjen Pendidikan Islam (Pedis) Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan kebijakan sarjana non Tarbiyah boleh jadi guru agama itu bukan dilepas begitu saja.
Dia mengatakan sarjana non Tarbiyah yang boleh menjadi guru agama itu adalah sarjana lulusan syariah, dakwah, ushuluddin, dan adab.
Dia menuturkan sarjana lulusan syariah, bisa menjadi guru fiqih. Sedangkan sarjana ushuluddin bisa mengisi jabatan sebagai guru Alquran Hadist dan sarjana adab menjadi guru sejarah kebudayaan Islam.
’’Untuk bisa menjadi guru agama, lulusan non Tarbiyah itu harus mengikuti pendidikan profesi guru (PPG, red),’’ katanya.
Kamaruddin mengatakan saat ini kebutuhan guru agama cukup tinggi. Untuk di sekolah saja, saat ini kekurangan 20 ribu guru agama. Padahal pelajaran agama di sekolah hanya satu mata pelajaran.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan kebijakan sarjana non Tarbiyah boleh jadi guru agama itu bukan dilepas begitu saja.
- Cak Imin Ingin Menteri Keuangan dari Madrasah
- Diaspora Indonesia di Mesir Dukung Komitmen Ganjar-Mahfud Sejahterakan Guru Agama
- Tingkatkan Kesejahteraan Guru Agama, Ganjar Janji Siapkan Insentif Rp4 Triliun
- Di Rumah Ustaz Izudin, Ganjar Sampaikan Kabar Baik buat Guru Agama, Alhamdulillah
- Ganjar Pranowo Bicarakan Toleransi Bareng Tokoh Agama di Merauke
- Miris, Gaji Guru Agama Kristen di Jakarta Ada yang Hanya Rp 300 Ribu