Pesawat TNI AU Jatuh dan Menimbulkan Korban, Imparsial Singgung Tanggung Jawab Menhan

Pesawat TNI AU Jatuh dan Menimbulkan Korban, Imparsial Singgung Tanggung Jawab Menhan
Tangkaan layar - Pesawat tempur super tucano milik TNI AU yang jatuh sekitar pukul 11.18 WIB di kawasan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). ANTARA/Handout video amatir/ch

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra belasungkawa sedalam-dalamnya kepada TNI, utamanya keluarga pilot tempur yang menjadi korban meninggal dalam peristiwa jatuhnya pesawat TNI AU EMB-314 Super Tucano di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (16/7).

"Kami berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang," kata Ardi dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (17/11).

Imparsial mencatat sejak 2015 hingga kini setidaknya telah terjadi 19 kali kecelakaan alutsista di Indonesia.

Menurut Ardi, jatuhnya pesawat Super Tucano milik TNI AU merupakan petaka yang terus-menerus terjadi di lingkungan militer Indonesia. Sebab, pesawat serupa juga pernah jatuh di Malang pada 2016.

"Pesawat Embraer Super Tucano padahal termasuk dalam golongan alutsista baru yang melengkapi jajaran TNI AU pada tahun 2012," ucapnya.

Jatuhnya 2 pesawat Super Tucano di Bromo menggenapi jumlah Super Tucano TNI AU yang jatuh menjadi 3 pesawat.

"Hal ini merupakan kondisi yang memprihatinkan mengingat selama ini TNI AU hanya memiliki 16 pesawat sejenis sehingga saat ini cuma tersisa 14 pesawat Super Tucano dalam inventori TNI AU," tuturnya.

Di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, kata Ardi, sudah seharusnya pemerintah melakukan investigasi secara serius.

Imparsial berbelasungkawa kepada TNI dan keluarga pilot tempur yang meninggal dalam jatuhnya pesawat TNI AU. Singgung tanggung jawab menhan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News