Petani: Tidak Betul Food Estate Kalteng Gagal Panen

Petani: Tidak Betul Food Estate Kalteng Gagal Panen
Ilustrasi pertanian. Foto: dari Kementan

Yang ada, kata dia, hanya penurunan produksi yang diakibatkan faktor alam, seperti hujan dan angin kencang yang membuat tanaman padi siap panen rebah dan basah.

"Kalau sudah basah mau tidak mau harus dipanen. Itulah yang disebut penurunan produksi, bukan berarti gagal panen. Toh juga tidak banyak, hanya 5 persen dari total lahan 2.200 hektare Desa Belanti Siam," katanya.

Mujiono sendiri bersama Poktan Rukun Santoso saat ini membawahi 60 anggota dengan garapan lahan seluas 100 hektar.

Mujiono menilai Food Estate harus berlanjut.

Kepala Dinas Hortikultura dan Peternakan Provinsi Kalteng Sunarti mengatakan bahwa penurunan produksi hanya pada sebagian kecil lahan, dan sama sekali tidak mengurangi rata-rata produktivitas lahan yang mencapai diatas 5 ton per hektare.

"Kalau saya bilang yang turun itu lebih kepada panen paksa, karena belum saatnya panen akibat roboh diterpa angin dan hujan, teyapi ini masukan buat kami agar ke depan bisa kami antisipasi," katanya.

Sunarti berharap, para petani tetap melakukan produksi dengan mengedepankan pendekatan pola tanam modern melalui alsintan dan pendampingan petugas penyuluh.

"Kami akan dampingi terus para petani agar melakukan budi daya dengan cara yang modern. Misalnya, ke depan tidak lagi melakukan tabur benih dengan cara manual karena akan mempengaruhi pertumbuhan," katanya.

Petani menegaskani tidak betul kalau dikatakan Food Estate di Kalteng gagal panen. Justru para petani mendulang sukses dengan membeli alsintan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News