Petugas Pemakaman di Jakarta Mulai Khawatir

Petugas Pemakaman di Jakarta Mulai Khawatir
Lebih dari 8.000 warga Indonesia telah kehilangan nyawa mereka saat pandemi COVID-19. (Foto: Arbain Rambey)

"Bahkan saat lagi istirahat makan pun, kalau ada keluarga datang bawa jenazah, ya kita enggak bisa menolak," kata Nadi kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Nadi juga mengaku jika ia merasa "minder" dan "khawatir" jika tetangganya berpikir jika ia bisa menularkan virus corona kepada tetangganya karena pekerjaannya.

Stigma terhadap mereka yang tertular atau pernah melakukan kontak dengan yang terjangkit virus corona menjadi salah satu tantangan menghadapi pandemi COVID-19 di Indonesia.

Sebuah survei terbaru yang dibuat oleh para peneliti Universitas Indonesia menunjukkan setengah dari respondennya pernah menjadi bahan gosip saat mereka jatuh sakit.

Lahan kuburan di Jakarta akan kurang?

Jakarta hingga saat ini masih menjadi kota dengan angka penularan virus corona tertinggi di Indonesia dengan 11.245 kasus aktif menurut data Pemerintah Kota Jakarta.

Kemarin (09/09), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan mulai diberlakukan tanggal 14 September mendatang/

"Dengan melihat keadaan darurat ini tidak ada pilihan lain selain keputusan untuk tarik rem darurat," ujarnya kepada wartawan.

"Artinya kita terpaksa berlakukan PSBB seperti awal pandemi, kita terpaksa kembali menerapkan pembatasan bukan lagi masa transisi, tapi PSBB seperti awal dulu dan semua kegiatan harus kembali dilakukan di rumah," kata Anies.

Nadi bin Eji sudah bekerja di taman pemakaman umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur sejak tahun 1997

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News