Pilih Ketum Golkar Jangan Seperti Beli Kucing Dalam Karung'

Pilih Ketum Golkar Jangan Seperti Beli Kucing Dalam Karung'
Partai Golkar. Foto : JPG

jpnn.com, JAKARTA - Partai Golkar dinilai sangat berhasil di Pemilu 2019. Terbukti, meski terjadi perpecahan pengurus pasca-Pilpres 2014 hingga mantan ketua umum dan mantan sekjen terjerat kasus hukum, Golkar mampu bertahan di tiga besar parpol pemenang Pemilu 2019.

Bahkan, tercatat di urutan  kedua perolehan kursi DPR setelah PDI Perjuangan.

"Coba bandingkan dengan Partai Demokrat. Itu perolehan suaranya turun drastis pada Pemilu 2014 ketika ketua umumnya Anas Urbaningrum dan sejumlah kader lainnya terjerat kasus hukum," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Bin Firman Tresnadi di Jakarta, Rabu (24/7).

BACA JUGA : Jokowi Kalah di Basis Golkar, Airlangga Berpotensi Tak Kantongi Restu Jadi Ketum Lagi

Bahkan, ketika kepemimpinan Partai Demokrat kembali dipegang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kata Firman, suara partai berlambang mercy itu juga tetap turun di Pilpres 2019.

Menurut Firman, fakta yang mengemuka menunjukkan kemampuan Golkar keluar dari framing negatif di masyarakat, bukti kerja pengurus Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.

Salah satu contoh gebrakan yang dilakukan, Golkar memilih mendukung penuh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Bahkan, Golkar tercatat berada di barisan terdepan dalam mengawal  kebijakan pemerintah. Misalnya, terkait kebijakan tax amnesty beberapa waktu lalu.

"Saya kira, ini juga artinya Joko Widodo untuk periode kedua memerlukan sosok ketua umum Golkar yang bisa dan mengerti, serta bisa mendukung program kerjanya untuk kemajuan Indonesia," ucapnya.

Di periode kedua Jokowi dibutuhkan ketua umum Partai Golkar yang bisa mendukung program kerja pemerintah untuk kemajuan Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News