Pimpinan Ombudsman Ikut Komentari Terpilihnya Novanto

Pimpinan Ombudsman Ikut Komentari Terpilihnya Novanto
Wakil Ketua Ombudsman RI La Ode Ida. Foto: dok jpnn

jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Ombudsman RI La Ode Ida mengatakan, terpilihnya Setya Novanto sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar dalam munaslub di Nusa Dua Bali bukan kejutan. Pasalnya, ada tiga faktor penentu yang dari awal memang tiga faktor penentu yang dari awal identik dengan sosok Novanto sebagai ketum.

Pertama, menurut Ida, Novanto kader yang sudah lama mengabdi dan dikenal punya kepribadian yang lembut, berkomunikasi dengan hati dan sering membantu dengan tulus. "Sosoknya sangat akomodatif dan tidak bermusuhan secara terbuka dengan faksi mana pun di intern Golkar," Ida, dalam rilisnya, Selasa (17/5).

Kedua lanjutnya, Novanto ditopang kuat oleh Aburizal Bakrie (ARB) saat jadi ketum dan kini dipercaya jadi orang pertama di Dewan Pembina Golkar. "Bagaimana pun, ARB memiliki dukungan arus bawah Golkar, pengurus DPD I dan II sehingga ketika ada sinyal ke figur mana ARB mendukung, maka para pemilik suara dengan mudah mendukungnya," ujarnya.

Ketiga kata mantan Wakil Ketua DPD RI ini, Novanto memiliki topangan pendanaan yang kuat baik dari dirinya sendiri maupun dari para simpatisannya dari luar. "Kekuatan dukungan pendanaan itulah, diakui atau tidak, menjadikan tim pemenang Novanto bergerak leluasa dan memengaruhi pemilik suara, di samping ada signal dukungan dari pihak istana yang setidaknya diwakili oleh Luhut B Panjaitan," ungkapnya.

Di sisi lain, kata Ida, dalam munaslub sendiri Golkar para caketum berangkat dari tiga faksi utama. Pertama adalah faksi ARB yang mendukung Novanto. Kedua faksi JK (wapres) yang mendukung Ade Komarudin. Sedangkan Faksi Akbar Tandjung yang menopang untuk Airlangga Hartarto.

Dua faksi terakhir katanya, dari segi back ground, merupakan kekuatan yang berbasis di KAHMI Korps Alumni HMI (KAHMI) meski Airrlangga bukan kader HMI. Tapi Akbar merupakan figur sentral di KAHMI. Demikian juga JK yang menyatu mendukung Akom. Ini artinya, kekuatan faksi pemenang lebih merupakan figur yang berbasis lebih pada kekuatan jaringan pebisnis.

"Terpilihnya Novanta boleh jadi JK terpukul. Karena dari signal yang muncul Novanto berseberangan dengan JK (dan bahkan Jokowi) lantaran Novanto pernah sedikit bermasalah dalam skandal papa minta saham hingga Novanto lengser dari jabatan Ketua DPR," imbuhnya.

Tapi tutur Ida, JK harus mengakui bahwa perkembangan di internal Golkar sudah lebih awal didominasi oleh faksi ARB-SN, yang bisa juga dikatakan bahwa JK sudah lemah pengaruhnya di Golkar. "Perlu dicatat bahwa di bawah Novanto, Golkar untuk tahun ke depan diperkirakan akan tampil kalem, akan jauh dari sikap kritis terhadap pemerintah. Bahkan akan menjadi partai yang miliki loyalitas tinggi kepada pemerintahan Jokowi," pungkasnya.(fas/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News