Pinangki Sirna Malasari Menangis, Hidupnya Hancur, Teringat Sama Bima, Andai Bisa Membalik Waktu

Pinangki Sirna Malasari Menangis, Hidupnya Hancur, Teringat Sama Bima, Andai Bisa Membalik Waktu
Terdakwa kasus dugaan suap dan gratifikasi pengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA) Djoko Tjandra, Pinangki Sirna Malasari saat di Pengadilan Tipikor, Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN

"Membuat saya mempermalukan institusi Kejaksaan, membuat saya mempermalukan seluruh keluarga saya, membuat saya harus kehilangan kesempatan untuk mengasuh dan memberi kasih sayang kepada anak saya satu-satunya, Bima, pada masa pertumbuhannya," kata Pinangki dengan terbata-bata.

Ia pun mengaku tidak lagi pantas disebut sebagai anak kebanggaan orang tua.

"Membuat saya pada akhirnya akan dipecat dari pekerjaan saya sebagai jaksa apabila terbukti bersalah dalam persidangan yang mulia ini," ungkap Pinangki.

Dalam akhir pledoi-nya, Pinangki memohon diberikan pengampunan dan diberikan kesempatan untuk dapat segera kembali kepada keluarga dan menjalankan pekerjaan utama sebagai seorang ibu.

"Tiada kata yang bisa saya sampaikan lagi pada pledoi ini kecuali rasa penghormatan kepada majelis hakim yang saya percaya bisa memutuskan yang seadil-adilnya," tutur Pinangki berharap.

Selama membacakan pledoi pribadi sekitar enam menit tersebut, Pinangki berulang kali menangis dan terbata-bata. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

Selama membacakan pledoi sekitar 6 menit tersebut, Pinangki Sirna Malasari berulang kali menangis dan terbata-bata.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News