Polisi Lamban Tangkap Peneror Pilpres

Polisi Lamban Tangkap Peneror Pilpres
Polisi Lamban Tangkap Peneror Pilpres. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA -- Selama 18 hari terakhir, sudah terjadi delapan peristiwa kekerasan dan ancaman kekerasan yang mewarnai proses pemilihan presiden 2014. Situasi ini tentu menguatkan dugaan bahwa jelang pesta demokrasi itu terlihat makin rawan.

Namun, aparat Kepolisian terlihat tak fokus. Hal itu dibuktikan dengan kerja yang belum membuahkan hasil dari delapan perstiwan tersebut.

"Ironisnya Polri tidak bekerja maksimal dalam memburu para pelaku, sehingga dari delapan peristiwa hanya satu tersangka yang tertangkap," kritik Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Minggu (8/6).

IPW menyayangkan sikap lamban Polri dalam menangkap para pelaku kekerasan ini. Akibatnya, para pelaku seakan mendapat angin untuk kembali melakukan kekerasan baru. "Sehingga, aksi kekerasan terus berlanjut dan terbiarkan," tegasnya.

Ia mencontohkan, dalam kasus penyerangan dan pengeroyokan terhadap relawan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung koalisi pimpinan PDI Perjuangan Joko Widodo - Jusuf Kalla.

Dalam peristiwa yang menimpa Julius, Ketua Sahabat Jokowi - JK Yogyakarta pada 29 Mei 2014, itu dari delapan pelaku, baru satu yang berhasil ditangkap polisi. "Sedangkan tujuh lainnya masih dibiarkan bergentayangan," ujarnya.

Sampai kemudian terjadi lagi aksi pelemparan bom molotov ke rumah Husen, Ketua Relawan Keluarga Nusantara Jokowi-JK di Yogyakarta pada 7 Juni 2014.

Aksi kekerasan tidak hanya terjadi pada kubu Jokowi-JK, pada 20 Mei 2014 seorang pengawal Prabowo dipukul seseorang saat acara pendaftaran capres-cawapres di KPU.

JAKARTA -- Selama 18 hari terakhir, sudah terjadi delapan peristiwa kekerasan dan ancaman kekerasan yang mewarnai proses pemilihan presiden 2014.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News