PONTIANAK : Akibat Remehkan Mapel BI

PONTIANAK : Akibat Remehkan Mapel BI
PONTIANAK : Akibat Remehkan Mapel BI

Hal itu dibenarkan Agus Syahrani, staf Pengajar Bahasa Indonesia FKIP Untan. Dampak dari menurunnya minat baca siswa memengaruhi kualitas bahasa anak. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, anak mesti diajari cara belajar membaca cepat. “Untuk tahun ini, hampir 60 persen. Isi soal bahasa Indonesia ialah wacana. Siswa harus membaca terlebih dahulu wacana itu baru bisa mengisi soal ujian,” katanya.

Saat menjadi pengawas lapangan siswa ujian. Ia berbicara kepada siswa. Siswa mengeluh karena kekurangan waktu mengisi soal. Akibat kebanyakan wacana. “Anak-anak sebenarnya bisa mengisi soal, yang menjadi kendala ialah waktu, karena itu sebenarnya hanya dari sisi cara membaca cepat, banyak anak yang membaca berulang-ulang wacana, karena mereka harus membaca soal terlebih dahulu,” ceritanya.

Akibat dari kurangnya minat baca tersebut, banyaknya soal wacana bisa membuat anak bosan membaca, jadi harus menumbuhkan minat baca terlebih dahulu. “Kalau anak kurang suka membaca, lima soal saja bisa buat anak drop. Bagaimana lagi kalau wacananya banyak karena itu membuat anak menjadi malas membaca,” jelasnya.

Anggapan sepele Bahasa Indonesia juga diakui Martono, ketua Jurusan Bahasa Indonesia pada FKIP Untan. Ia mengatakan hingga saat ini, belum ada pusat bimbingan pelajaran Bahasa Indonesia. “Pusat bimbingan yang banyak ialah bahasa Inggris, Matematika, Mandarin, sementara bahasa keseharian kita tidak diperhatikan,” katanya.

PONTIANAK – Tiga tahun terakhir, nilai ujian nasional pelajaran Bahasa Indonesia menurun. Puncaknya unas SMA 2010, kegagalan siswa hampir rata

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News