Populasi Bekantan Mulai Terdesak

Populasi Bekantan Mulai Terdesak
Bekantan, monyet berhidung panjang khas Kalimantan. Foto: Dok/Kaltim Post/JPNN.Com

Sukamto menilai, keberadaan bekantan liar di Tarakan sudah mulai terdesak oleh pemukiman yang terus berkembang. Sehingga jumlahnya tidak terlalu banyak, karena hutan di Tarakan sendiri luasnya sudah sangat terbatas, mangrove juga banyak tergusur dari aktivitas masyarakat.

Dari laporan masyarakat, binatang ini seringkali dijumpai di hutan salah satunya hutan yang ada di belakang Gedung Gabungan Dinas (Gadis), hutan di belakang Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan hutan kota lainya. Namun diperkirakan jumlahnya tidak lebih banyak dari jumlah yang ada di dalam KKMB.

Terkait upaya pemindahan bekantan liar, Sukamto mengaku jika dilihat jumlah yang sesuai dengan daya dukung habitat, maka tidak perlu dipindahkan. Namun ketika keterbatasan habitat tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi, maka akan berakibat menurunnya pakan mereka. Sehingga perlu penanganan, baik pemindahan ataupun upaya lainya.

Dipaparkan, istilah konservasi dibagi dua pemahaman, yakni Eks Situ dan In Situ. Eks Situ yang berarti di luar habitat asli, baik di kebun binatang dan lainya.
Sedangkan In situ yang berarti di dalam habitat asli dari Bekantan tersebut. Mengingat model konservasi Bekantan di Tarakan adalah In Situ (sesuai dengan habitatnya) maka upaya yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Bekantan salah satunya daya dukung kebutuhan hidup mereka bisa tercukupi. Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalisir tekanan atau gangguan dari luar khususnya masyarakat agar tidak memengaruhi habitat dan pertumbuhan bekantan.

Menurutnya kawasan di luar KKMB dapat dikategorikan sebagai kawasan konservasi bagi Bekantan dan primata lainya karena salah satu aset pemerintah khususnya hutan kota yang melarang masyarakat untuk merambah ataupun melakukan perusakan hutan tersebut.

Petugas konservasi kini juga dihadapkan dengan persoalan kesehatan primate tersebut. Untuk penyakit yang sering menyerang primata umumnya adalah Hepatitis. Dari pantauan Disnaktan yang sebelumnya pernah bekerjasama dengan pusat uji primata Institute Tekhnologi Bandung (ITB) menunjukkan dari uji sampel kotoran Bekantan banyak ditemukan telur-telur cacing.

"Artinya, ada cacing di dalam tubuh Bekantan, namun tidak terlalu membahayakan. Ataupun hingga mengancam perkembanganya," lengkapnya. (dsh/rif/ica)


TARAKAN - Monyet hidung panjang atau biasa disebut Bekantan sepertinya mulai tidak betah di habitatnya. Ikon pariwisata Tarakan ini, kini sering


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News