Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai

Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai
Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai. JPNN.com

Dilihat dari harga penawaran awal, praktik ini lumayan sulit dideteksi. Sebab, penjual biasanya mematok harga jual sama dengan harga pasar. Kalau pun lebih murah, hanya berbeda Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu yang masih dapat dikategorikan wajar. Sampai di sini mungkin muncul satu pertanyaan di benak Anda. “Charger dan baterai orisinal yang diambil itu lalu dibuat apa?” Jawabannya, ya dijual. Harga aksesori orisinal pasti lebih mahal daripada aksesori palsu berkualitas ala kadarnya. Nah, dalam hitung-hitungan akhir, total keuntungan yang diraup penjual nakal itu akan lebih besar.

Bukan garansi resmi

Garansi resmi yang dimaksud di sini adalah garansi yang dianggap resmi di mata produsen ponsel sekaligus pemerintah Indonesia. Penulis kali ini mencontohkan BlackBerry. Ponsel BlackBerry yang dinilai bergaransi resmi adalah yang didistribusikan oleh TAM, SCM, dan Trikomsel/Comtech. Peranti BlackBerry bergaransi pihak lain, misalnya, Bless, Berrindo, WII, BBM, dan RIM lebih tepat dianggap sebagai garansi distributor independen.

Produk itu resmi di mata pemerintah, tetapi oleh produsen ponsel dianggap sebagai tidak resmi. BBM dan RIM apakah juga termasuk tak resmi? Iya. Jangan tertipu, BBM di sini bukan bermakna BlackBerry Messenger. RIM-nya juga bukan Research In Motion. Risiko membeli ponsel BlackBerry bergaransi tidak resmi sudah jelas. Layanan purna jual biasanya kurang terjamin.

Intinya, siap-siap beradu keberuntungan dan melatih kesabaran. Pusat perbaikan resmi BlackBerry juga takkan melayani klaim garansi atas ponsel tersebut. Hal lain, tingkat kebaruan BlackBerry non-resmi tipe tertentu sangat pantas diragukan. Yang dibilang ponsel baru, realitanya mungkin yang baru casing-nya saja. Sedangkan bagian dalamnya, hmm… jangan kaget kalau seolah usai menjalani operasi berat.

Replika

 “Her, aku dapat tawaran Galaxy Note 3 murah. Barang sitaan bea cukai. Made in Korea asli. Mau titip ta? Cuma Rp 2,5 juta,” ujar teman kuliah penulis yang suatu malam menelepon. Tanpa berkomentar banyak, penulis langsung menjawab, “Nggak. Kamu jangan iseng beli. Itu pasti barang palsu.” Peredaran ponsel replika belakangan ini memang gencar. Nyaris semua yang dijual di sini memajang merek Samsung.

Harga jualnya puluhan persen di bawah harga baru. Untuk memikat calon korban, biasanya penjual menyatakan ponsel Samsung BM, buatan Korea asli, barang dari Batam, atau barang sitaan bea cukai. Konsekuensi membeli ponsel replika, spesifikasi dan kinerjanya takkan semantap barang asli. Kalau rusak, siap-siap mengalihfungsikan ponsel itu sebagai pemberat kertas atau pengganjal pintu. (Nyata)

Membeli ponsel baru pun harus berhati-hati, meski tingkat kewaspadaannya tak perlu setinggi kala meminang ponsel bekas. Seringkali seseorang langsung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News