Praktisi Keamanan Siber Sebut Corona Bukan Satu-satunya Ancaman Buat Pancasila

Praktisi Keamanan Siber Sebut Corona Bukan Satu-satunya Ancaman Buat Pancasila
Pengendara motor melintas di depan mural tentang pandemi Virus Corona atau COVID-19. Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya/wsj

Hal ini membuat masyarakat tanah air terancam makin sulit mewujudkan kesejahteraan, utamanya karena kemajuan teknologi ikut mendorong sentralisasi ekonomi secara global.

“Makin berkembangnya teknologi di ruang siber mau disadari atau tidak mendorong sentralisasi ekonomi secara global," kata dia.

Ia menilai sungguh ini situasi yang sulit, di saat amanat reformasi mendorong desentralisasi ekonomi, kondisi global mendorong sentralisasi ekonomi.

"Bila tidak siap dengan regulasi, akan sangat berbahaya untuk kelangsungan bangsa ke depan,” jelas pria asal Cepu Jawa Tengah ini.

Pratama mencontohkan banyaknya layanan di ruang siber yang memutus akses negara misalnya untuk urusan pajak.

Contohnya, kata Pratama, saat berlangganan Netflix atau membeli software di luar negeri, banyak sekali transaksi tersebut tanpa dikenai pajak.

Pengawasan transaksi jelas sulit, karena posisi penjual juga tidak di tanah air.

“Urusan pajak hanya salah satu saja. Urusan data, raksasa teknologi seperti menambang emas dari negara kita dalam berbagai bentuk seperti mesin peramban, smartphone, aplikasi dan marketplace. Padahal data sangat mahal saat ini, tetapi regulasi kita tidak siap mengatur agar ada pembagian merata antara negara dengan perusahaan teknologi dan juga masyrakat,” paparnya.

Di era digital ini, corona bukan satu-satunya ancaman terhadap eksistensi Pancasila.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News