Pramugari Cathay dan Sopir Truk

Pramugari Cathay dan Sopir Truk
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Atau sebesar hampir Rp 5 triliun tahun lalu. Kerugian terbesar sejak 20 tahun terakhir.

Naiknya harga minyak dunia belakangan ini sangat memukul semua perusahaan penerbangan. Maka tuntutan lain para pramugari itu pun hanya dikabulkan sedikit: kenaikan gaji. Hanya satu persen.

Dengan trending topik perubahan seragam itu benteng pertahanan terakhir konservatifme pun sudah jebol.

Sebelum Cathay Pacific, perusahaan penerbangan India pun sudah berubah. Pramugarinya tidak harus pakai sari lagi. Yang ribet itu.

Bayangkan kalau sampai ada Jogja Airlines yang pramugarinya pakai jarit berstagen dan rambutnya bergelung di belakang kepala. Dan yang pramugaranya pakai beskap dengan blangkon dan kerisnya.

Perubahan besar itu terjadi bersamaan dengan lahirnya penerbangan low cost. Ada pramugarinya yang hanya berseragam kaus. Dengan celana jean. Pantas-pantas saja. Yang penting jadwalnya tidak delay melulu.

Perjuangan ternyata sangat luas. Tidak hanya melulu untuk perubahan sebuah UU Dasar. Atau untuk sebuah protes luasnya penguasaan tanah oleh segelintir perusahaan raksasa. Perjuangan panjang juga sampai ke soal seragam pramugari.

Bahkan ada perjuangan yang unik. Yang dilakukan perorangan. Seorang suami. Sekedar untuk meyakinkan istri. Agar kalau dia kerja keras dengan jam kerja yang panjang itu harus dimaklumi.

Aku kudu kerja keras. Soalnya pensil alis dan bedakmu tidak ditanggung BPJS. Begitulah tulisan di bagian belakang bak truk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News