Prediksi Pak CT soal Efek Disrupsi dan Revolusi Industri 4.0

Prediksi Pak CT soal Efek Disrupsi dan Revolusi Industri 4.0
Ketua Dewan Penasihat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Chairul Tanjung dalam pembukaan Rakernas III SMSI di Jakarta, Rabu (25/7). Foto: SMSI for JPN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengusaha papan atas tanah air yang juga bos sejumlah perusahaan media Chairul Tanjung menggembleng para pelaku bisnis media online yang tergabung dalam Serikat Media Siber Indonesia (SMS). Bos CT Corp itu dalam paparannya juga menyampaikan prediksi tentang efek disrupsi bagi perusahaan.

Mantan menteri koordinator perekonomian yang kondang disapa dengan inisial CT itu mengatakan, saat ini dunia telah memasuki era perubahan luar biasa dengan munculnya Revolusi Industri 4.0. “Kita telah memasuki disrupsi,” ujarnya di hadapan ratusan perwakilan media online dari berbagai daerah yang ikut dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III SMSI di Sari Pacific Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (25/7).

Ketua Dewan Penasihat SMSI itu menjelaskan, disrupsi dan Revolusi Industri 4.0 membawa konsekuensi yang tak bisa dikesampingkan. Mau tak mau, kata CT, pelaku bisnis juga harus berubah.

“Inilah keniscayaan. Ada konsekuensi yang kita hadapi,” katanya.

CT lantas mencontohkan General Electric (GE) yang pernah menjadi perusahaan raksasa. Perusahaan asal Amerika Serikat itu dikenal kampiun karena memproduksi mesin pesawat, lokomotif kereta api, alat pemindai kesehatan tubuh, hingga mesin cuci dan setrika. “Semua dia produksi,” tuturnya.

Namun, kini GE bukan perusahaan raksasa lagi yang menguasai pasar. Bahkan pasarnya pun menjadi antah-berantah.

“Sekarang muncul giant (raksasa, red) baru. Ada Amazon, Google, Facebook, Alibaba,” sebutnya.

CT menambahkan, disrupsi juga membuat aset perusahaan yang paling berharga bukan lagi tanah dan bangunan. Menurutnya, saat ini aset yang paling bernilai adalah data.

Pengusaha kondang Chairul Tanjung menyatakan, Revolusi Industri 4.0 membawa konsekuensi yang tak bisa dikesampingkan. Karena itu pelaku bisnis harus berubah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News