Presiden Baru, Rupiah Menguat

Presiden Baru, Rupiah Menguat
Presiden Baru, Rupiah Menguat

jpnn.com - JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai banyak kebijakan pemerintah yang hanya berorientasi pada pemilihan umum (pemilu). Karena itu, diharapkan terpilihnya presiden baru pada 2014 bisa membawa dampak positif bagi penguatan dan kestabilan rupiah.

”Pemerintah baru, kebijakan baru pastinya lebih baik dan membawa angin surga bagi perekonomian. Kami yakin di awal-awal pemerintahan baru nanti rupiah kembali membaik dan stabil. Sebab, pemerintah sangat takut membuat kebijakan yang nggak populer. Kita menunggu kebijakan-kebijakan presiden baru,” ujar Ketua Apindo Anton Supit, Sabtu (7/12).

Dia mencontohkan pemberian subsidi yang terlampau besar. Menurut Anton, seharusnya pemerintah bisa bertindak tegas dengan mengurangi subsidi. Namun, ternyata hal itu tidak segera dilaksanakan karena takut memengaruhi perolehan suara pada pemilu. ”Ini masalah leadership (kepemimpinan) karena selalu berhadapan dengan politik,” sebutnya.

Apalagi, subsidi dari pemerintah selama ini dinilai tidak adil karena juga dinikmati masyarakat yang mampu. ”Bagi pengusaha yang penting pembelanjaan anggaran negara ke hal yang lebih produktif seperti perbaikan infrastruktur. Dengan demikian, peluang kerja lebih berkelanjutan. Tidak seperti sekarang, yang lebih banyak diberikan untuk bantuan sosial,” cetusnya.

Sependapat dengan Anton, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah meyakini bahwa rupiah bakal kembali menguat setelah pesta akbar pemilihan presiden tahun depan. ”Nilai tukar kita (rupiah) akan menguat. Apalagi, setelah ada pemimpin baru, rupiah biasanya mengalami perbaikan nilai tukar,” ungkapnya.

Ketua Apindo Sofyan Wanandi mengatakan, tindakan cepat diperlukan agar masyarakat tidak panik. ”Ini tidak bisa diselesaikan oleh Bank Indonesia secara moneter saja. Pemerintah juga harus cepat menyelesaikan dengan paket-paket stimulus yang mereka janjikan. Jadi, orang memang sudah panik psikologisnya. Jangan santai-santai saja, seolah semua akan membaik,” tuturnya.

Dia mengharapkan pemerintah segera mewujudkan semua paket stimulus yang dikeluarkan sejak Agustus, yang meliputi paket kebijakan fiskal, moneter, pasar modal, sampai industri. ”Hampir semua industri manufaktur terpukul karena masih banyak mengimpor bahan baku. Kita harus impor gandum untuk makanan, gula untuk makanan minuman, kapas untuk tekstil, kulit untuk sepatu, dan lain-lain,” tuturnya.

Nilai tukar yang tinggi membuat masyarakat cenderung mengurangi impor. Hal itu selain disebabkan harga yang melambung tinggi akibat pelemahan rupiah, bea masuk untuk impor juga akan dinaikkan. Akibatnya, harga barang impor semakin tinggi. ”Padahal, kondisi daya beli masyarakat Indonesia sedang menurun. Itu pasti mengurangi impor,” jelas Sofyan. (wir/c2/kim)


JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai banyak kebijakan pemerintah yang hanya berorientasi pada pemilihan umum (pemilu). Karena


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News