Prevalensi Rokok di Indonesia sudah Capai 65 Juta Jiwa, Pemerintah Diminta Cari Solusi

Prevalensi Rokok di Indonesia sudah Capai 65 Juta Jiwa, Pemerintah Diminta Cari Solusi
Ilustrasi Berhenti Merokok. Foto: Natalia Laurens/JPNN

Dengan begitu, kata dia, perokok dewasa  bisa memiliki alternatif yang lebih baik daripada merokok.

Selain mengalami kesulitan berhenti merokok, para perokok juga kerap terpapar opini negatif tanpa landasan kajian ilmiah.

Misalnya, produk ini diisukan memiliki risiko kesehatan yang sama besarnya dengan rokok. Terkait dengan hal tersebut, Ardini menjelaskan produk tembakau alternatif tidak dibakar, sehingga tidak menghasilkan asap yang mengandung TAR, senyawa bersifat karsinogenik.

“Dari beberapa jurnal sudah dibuktikan bahwa produk tembakau alternatif mampu mengurangi bahaya kesehatan. Jadi, sebetulnya perlu ditekankan bahwa produk ini baik dimanfaatkan bagi yang mau mengurangi bahaya terhadap kesehatannya,” tegas Ardini.

Dengan potensi tersebut, Ardini berharap pemerintah bisa mendukung penggunaan produk tembakau alternatif.

Sebagai langkah awal, pemerintah bisa melihat hasil kajian ilmiah yang sudah dilakukan akademisi maupun universitas, baik dari dalam dan luar negeri.

Selanjutnya, sambung pemerintah perlu mendorong kajian lokal dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang berkaitan dengan industri produk tembakau alternatif.

“Perlu penelitian bersama-sama. Setelah itu sosialisasikan bahwa manfaat dari produk tembakau alternatif ini akan menjadi salah satu pilihan bagi perokok yang ingin berhenti merokok dan perlu juga testimoni sosial,” ujarnya.

Pemerintah diminta melihat hasil kajian ilmiah akademisi maupun universitas, baik dari dalam dan luar negeri terkait pengurangan rokok tembakau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News