Pria Asal Melbourne Hidup 8 Tahun Bersama Suku Mentawai

Pria Asal Melbourne Hidup 8 Tahun Bersama Suku Mentawai
Tariq Zaidi photography for As Worlds Divide

Tercerabut dari budaya tradisional

Rob akhirnya belajar bahasa daerah di sana dan menyatukan dirinya dalam masyarakat. Dia belajar lebih banyak tentang sistem kepercayaan tradisional suku itu yang dinamakan Arat Sabulungan.

Pria Asal Melbourne Hidup 8 Tahun Bersama Suku Mentawai

Tariq Zaidi photography for As Worlds Divide

"Mereka mempercayai bahwa semua hal alamiah memiliki jiwa dan jika manusia akan meninggal, jiwa mereka akan kembali ke alam dan menjadi bagian dari alam," jelasnya.

Budaya Mentawai mulai terancam setelah Indonesia merdeka. Pemerintah memaksa suku Mentawai meninggalkan kepercayaan tradisional mereka, dan memilih salah satu agama resmi sebagai gantinya: Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha.

Beberapa dekade berikutnya mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai, menciptakan generasi baru tanpa pengetahuan budaya dan kepercayaan asli mereka.

"Semakin menghilang," ujar Rob, "Masih hidup di kalangan tetua, dan melewati satu atau dua generasi, banyak orang Mentawai - terutama para tetua masih memilikinya - dan mereka ingin meneruskannya kepada generasi berikut," paparnya.

Pria Asal Melbourne Hidup 8 Tahun Bersama Suku Mentawai

Tariq Zaidi photography for As Worlds Divide

Menurut Rob, orang Mentawai saat ini bisa hidup secara bebas, namun dampak dari "generasi yang terlewati" sangat mendalam. Ia pun berharap film dokumenternya As Worlds Divide, yang difilmkan selama delapan tahun, turut membantu menyoroti kehidupan orang Mentawai.

Apa yang terjadi selanjutnya bukan hanya semacam liburan yoga dua minggu di Byron atau hidup beberapa bulan di hostel-hostel di Eropa untuk pencarian jati diri sebagaimana dilukiskan dalam film Eat Pray Love.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News