Program Mekanisasi Pertanian, Cegah Migrasi Profesi Petani

Program Mekanisasi Pertanian, Cegah Migrasi Profesi Petani
Petani sejumlah desa di Kabupaten Ngawi memilih memasang jebakan tikus beraliran listrik. Foto: Deni Kurniawan/Radar Ngawi/JPNN.com

Dalam usaha tersebut, Kementerian Pertanian Selama Oktober 2014 – April 2018 telah menyalurkan bantuan alsintan sebanyak 370.378 unit. Alsintan yang meliputi, Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller dan Rice Milling Unit (RMU), traktor dan pompa air. Mekanisasi pertanian dapat menghemat biaya produksi kurang lebih 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen. Mekanisasi menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta/ha menjadi Rp 5,1 juta/ha.

“Pada umumnya mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dan biaya Rp 2,5 juta/ha, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 ha/hari dengan biaya Rp. 1,8 juta/ ha," tambah Kuntoro.

Dia melanjutkan, mekanisasi menggunakan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha dan biaya tanam menurun dari Rp 1,72 juta/ha menjadi Rp 1,1 juta/ha. Menyiang rumput (power weeder) menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang/ha menjadi 2 orang/ha dan biaya menyiang turun dari Rp 1,2 juta/ha menjadi Rp 510 ribu/ha. Combine harvester menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang/ha menjadi 7,5 orang/ha dan biaya panen dapat ditekan dari Rp 2,8 juta/ha menjadi Rp 2,2 juta/ha dan menekan kehilangan hasil (losses) dari 10,2 persen menjadi 2 persen.

“Apabila dihitung secara nasional dengan mekanisasi mampu menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp. 24,5 triliun," tandasnya. (jpnn)


Cita-cita menyejahterakan petani diimplementasikan melalui berbagai program, khususnya perbaikan infrastruktur dan mekanisme pertanian.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News