Pusing Menghadapi Murid yang Lebih Hafal Lagu Kebangsaan Malaysia

Pusing Menghadapi Murid yang Lebih Hafal Lagu Kebangsaan Malaysia
Yudotomo Budi (kiri) dan Mingkus (kanan) saat menghadiri acara pemberian penghargaan guru berprestasi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, belum lama ini Foto : nicha/jpnn
Sebenarnya, lanjut Mingkus, mereka rencananya akan diberangkatkan ke Sabah pada September 2008. Akan tetapi dengan adanya kendala adminsitrasi dan perizinan, akhirnya dikirim 6 orang guru  termasuk dirinya pada Februari 2009. Sekolah itu sebenarnya sudah ada sejak Desember 2008. “Jadi, selama 2 bulan sekolah berjalan tanpa ada guru. Hanya satu Kepala Sekolah dengan 3 orang tenaga administrasi,” imbuhnya.

Lantas keluar instruksi dari pusat agar melakukan program percepatan pendidikan atau semester pendek. Sekolah yang dimulainya Desember 2008, tetap harus menuntaskan proses belajar mengajar sesuai dengan kalender akademik, yakni bulan Juli 2009. “Wah, itu menjadi suatu tantangan bagi kami sebagai tenaga pendidik di sana. Bagaimana tidak, anak-anak dari mulai usia kelas 1 – 4 SD sebagian besar belum pernah mengikuti pendidikan di sekolah,” terang Mingkus.

Tantangan lain yang dirasa berat, kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan berhitung (calistung) masih sangat rendah.“Mereka hampir bisa dikatakan tidak mengerti bahasa Indonesia. Sehingga kami kesulitan dalam proses pembelajaran di kelas,” ujarnya.

Hambatan lain, para orang tua siswa sibuk bekerja, sehingga anaka-anak kurang mendapatkan perhatian orang tua. “Hasilnya, ini sangat berpengaruh pada cara atau kerangka logika berpikir mereka mengalami hambatan,” tuturnya. Anak-anak kelas 5 SD banyak yang belum pandai membaca meskipun sudah mengenai huruf.Para guru benar-benar dituntut untuk berimprovisasi.

PAHLAWAN tanpa tanda jasa. Itulah julukan yang kerap ditempelkan pada sosok guru. Namun kali ini, bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News