Pusing Menghadapi Murid yang Lebih Hafal Lagu Kebangsaan Malaysia
Senin, 15 Agustus 2011 – 01:51 WIB

Yudotomo Budi (kiri) dan Mingkus (kanan) saat menghadiri acara pemberian penghargaan guru berprestasi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, belum lama ini Foto : nicha/jpnn
“Mereka memang sudah ada yang mengenal huruf, tetapi dengan gaya atau karakter pendidikan kurikulum Malaysia, dan dengan aksen atau pelafalan bahasa Inggris. Misalnya, membaca huruf A, B, C, D, dilafalkan dengan Ei, Bi, Si, Di dan seterusnya. Ini yang berkali-kali harus kami terapkan kepada anak-anak agar mengucapkan degan gaya Indonesia,” paparnya.
Lantas bagaimana mengenalkan negara Indonesia kepada anak-anak yang belum pernah tahu Indonesia meskipun berstatus WNI? Setiap guru menggunakan cara atau metodelogi yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan kelebihan-kelebihan para guru masing-masing. “Seperti Pak Yudo ini, sebenarnya guru Matematika, tapi kan hobi dalam seni musik. Melalui pendekatan musik, akhirnya mereka senang latihan musik sembari mengenalkan negara Indonesia,” kata Mingkus,
Namun ironisnya, anak-anak WNI tersebut tidak tahu atau tidak hafap sama sekali lagu kebangsaan Indonesia, ‘Indonesia Raya’. “Sedih juga melihat anak-anak Indonesia tetapi justru tidak hafal bahkan tidak mengenal lagu ‘Indonesia Raya’. Mereka tahunya lagu kebangsaan Malaysia, ‘Negaraku’. Lagu kebangsaan itulah, yang juga menjadi tantangan kami. Awal-awal sulit, repot sekali,” cetusnya.
Nah, akhirnya SIKK pun mewajibkan anak-anak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi sebelum proses belajar pengajar dimulai. Bahkan untuk Upacara Bendera sendiri, lanjut Mingkus, sudah 2 tahun ini dilakukan seminggu sekali di lingkungan sekolah yang tentunya diajarkan bagaimana cara menaikkan bendera kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia, namun tetap menghormati aturan – aturan yang berlaku di Malaysia. Selain itu, anak-anak juga diwajibkan mengenakan pakaian seragam sesuai dengan ketetapan di Indonesia. Siswa SD mengenakan seragam putih merah, sedangkan siswa SMP mengenakan seragam putih biru yang diperoleh secara gratis termasuk buku-buku pelajaran.
PAHLAWAN tanpa tanda jasa. Itulah julukan yang kerap ditempelkan pada sosok guru. Namun kali ini, bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI,
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu