Putusan Gugatan Pencemaran Udara Jakarta Ditunda
Adhito Harinugroho memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya setelah temannya meninggal dunia akibat obesitas dan apnea tidur, atau gangguan tidur.
Tekad tersebut diwujudkannya dengan membeli sebuah sepeda di awal 2017.
"Itu yang membuat saya berpikir, 'wah kayaknya tidak bisa saya begini terus ... harus ubah gaya hidup'," kata pria yang akrab disapa Dhito tersebut.
Sampai hari ini, sepeda masih menjadi kendaraan utamanya di Jakarta selain dari kendaraan umum yang hanya dipilihnya ketika mendesak.
Namun, pria yang setiap harinya menghabiskan tiga jam di atas sepeda tersebut harus berhadapan dengan musuh lain: polusi Jakarta.
"Ketika udara yang kita hirup polusi, itu jelas sesak, gatal tenggorokan, setelah itu ya muka berdebu seperti di iklan pembersih wajah," kata pria berusia 28 tahun tersebut.
"[Apalagi] di tahun 2018-2019 itu kan [Pemerintah Jakarta] sedang banyak membangun jalur LRT, [sehingga] debu sisa infrastruktur plus juga panasnya mesin mobil dan buangan mesin mobil ... semakin membuat sesak."
Di tahun 2019, Dhito menjadi salah satu di antara 32 warganegara Indonesia yang mendaftarkan gugatan pencemaran udara Jakarta kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Di tahun 2019, Dhito menjadi salah satu di antara 32 warganegara Indonesia yang mendaftarkan gugatan pencemaran udara Jakarta kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
- Dunia Hari Ini: Lebih dari 70 Orang Tewas Akibat Banjir di Brasil
- Kualitas Udara DKI Jakarta Terburuk Keempat Dunia, Inilah Wilayah yang Terdampak Kuat
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Perum Bulog Mulai Salurkan Bantuan Beras Tahap 2 kepada 269 Ribu Warga Jakarta
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas