Quick Count di Indonesia Tidak Mendidik Pemilih

Quick Count di Indonesia Tidak Mendidik Pemilih
Quick Count di Indonesia Tidak Mendidik Pemilih
Hansen lantas menyoroti adanya sejumlah konflik yang terjadi akibat penghitungan cepat di Indonesia. Menurut dia, tidak bisa dipersalahkan adanya misinterpretasi itu. "Publik melihat dari informasi di media. Namun, informasi itu kurang karena tidak ada penjelasan apa sebenarnya itu," ujarnya mengingatkan.

 

Pada kesempatan itu, Hansen juga memberikan apresiasi atas terbentuknya Persepi. Menurut dia, Persepi bisa melakukan filter terhadap lembaga survei yang melakukan abuse (pembohongan) semacam itu. Jika terbukti, Persepi bisa mengingatkan publik atas keberadaan lembaga survei tersebut.

 

Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari menyatakan, posisi lembaga survei saat ini sangat strategis. Dalam ranah politik, survei dimaksudkan untuk mengetahui citra parpol ataupun caleg di mata masyarakat. "Potret dari realitas masyarakat tergambar di hasil survei itu," kata Qodari.

 

Namun, kedewasaan sejumlah parpol maupun politisi terkadang masih minim. Ada sejumlah politisi yang meminta popularitasnya disurvei pada akhirnya tidak percaya karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Hal itu yang terkadang memunculkan hasil survei pesanan demi mengangkat pamor pemesan. "Padahal, survei itu harus dipandang sebagai gambaran. Gambaran untuk perbaikan," jelasnya. (bay)

JAKARTA- Sejumlah lembaga survei di Indonesia dinilai belum memberikan edukasi yang benar kepada pemilih. Hasil quick count (hitung cepat) yang selama


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News