Radikalisme Ancaman Nyata di Kalangan Mahasiswa dan Institusi Pemerintah

Radikalisme Ancaman Nyata di Kalangan Mahasiswa dan Institusi Pemerintah
Mencegah Radikalisme. ILUSTRASI. Foto: Pixabay.com

"Soal radikalisme kita tahu bahwa alarm kita sudah berbunyi. Saat ini pun pembangunan Jokowi 5 tahun ke depan adalah SDM yang berlandaskan Pancasila," ujarnya.

Sementara itu, mantan Asops Panglima TNI, Mayor Jenderal (purn) Supiadin Aries Saputra, menjelaskan, gerakan radikalisme sudah ada sejak lama di Indonesia. 

Dia mencontohkan bagaimana ketika ada pemberontakan DI TII maupun NII pada masa awal kemerdekaan.

"Tadinya gerakan radikalisme adalah gerakan tradisional. Namun, dengan berkembangnya media sosial, maka gerakan radikal juga ikut berkembang," kata Anggota DPR RI Periode 2014-2019 itu.

Menurutnya, sampai dengan saat ini ada sekitar 120 juta pengguna sosial di Indonesia. Dari jumlah itu, sebagian besar atau mayoritas datang dari kaum milenial.

"Media sosial menjadi media untuk kelompok radikal untuk menghancurkan moral generasi milenial. Kita kenal dengan asimetrik warfare, perang anomali, ujung tombaknya proxy war, yakni perang yang tidak menggunakan angkatan perang," ucapnya.

Dia mengingatkan, yang paling mungkin menghancurkan Indonesia justru adalah orang dari bangsanya sendiri.

Kalau dilihat dari indeks pengukuran ketahanan nasional laboratorium Lembaga Ketahanan Nasional diketahui, di bidang ideologi dan sosial budaya berada di posisi dua.

Sepuluh tahun tahun terakhir ini radikalisme muncul di institusi pemerintah dan kalangan masyarakat umum.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News