Radikalisme Tidak Selalu Negatif dalam Agama

Radikalisme Tidak Selalu Negatif dalam Agama
Dialog publik 'Radikalisme Agama dan Ancamannya Terhadap NKRI' di Jakarta, Selasa. Foto: Ist

Menurutnya, sikap radikalisme dalam agama bisa berupa merasa menjadi pribadi/kelompok paling benar, merasa pendapatnya paling baik, merasa agama dan keyakinannya paling menyelamatkan. Sedangkan yang lain sesat, tidak baik, dan merugi.

"Sikap ekstrem dalam beragama tersebut ada di dalam semua agama sehingga tidak bisa disematkan hanya pada satu agama saja.
Logika radikalisme agama tersebut menjadi bermasalah jika merambah ke ruang publik yang serba heterogen dengan beragam keyakinan, agama, ras dan warna kulit, suku bangsa, dan bahasa," lanjutnya.

Karena itu dia menyatakan perlu ada ‘logika penyeimbang’ yang responsif, relevan, dan kokoh di tengah kondisi radikalisme negatif semacam ini.

Harapannya heterogenitas tidak memicu munculnya konflik dan kekerasan yang bisa berujung pada runtuhnya NKRI.

"Istilah ‘radikal’ tidak semata-mata selalu berkonotasi negatif sehingga membahayakan bangsa, tetapi hanya radikalisme yang berujung pada sikap ekstrem yang mengancam terhadap keutuhan bangsa," pungkasnya. (flo/jpnn)

 

Setiap agama dipastikan memiliki kelompok yang radikal tapi tidak selalu bersifat negatif.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News