Rakyat Inggris Berubah Pikiran soal Brexit

Rakyat Inggris Berubah Pikiran soal Brexit
Warga pro-Uni Eropa saat aksi demonstrasi menuntut referendum ulang Brexit di London, Foto: Reuters

"Saya ingin belajar bahasa Spanyol tahun depan. Namun, nasib beasiswa Erasmus tak jelas setelah Brexit," ungkapnya.

Mereka jelas resah jika Inggris benar-benar berpisah tanpa kesepakatan apa pun. Artinya, Inggris bakal terkucilkan. Mereka tak bisa menikmati lagi manfaat sebagai warga Eropa.

"Tak ada yang lebih demokratis daripada memercayai penilaian rakyat," ujar Wali Kota London Sadiq Khan dalam pidatonya menurut BBC.

Kampanye Sabtu lalu menjadi aksi terbesar untuk menentang Brexit. Mereka ingin menganulasi hasil referendum 2016. Saat itu 52 persen rakyat memilih untuk meninggalkan UE. Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa simpatisan pro-Eropa bertambah.

Di Belfast, Irlandia Utara, dua ribu orang ikut turun ke jalan pada hari yang sama. Mereka berharap bisa melunakkan pemerintah yang selama ini menolak usul referendum ulang. "Saya merasa Brexit justru mengancam kesejahteraan kami," jelas Brendan Heading, warga Inggris yang ikut aksi di Belfast.

Tentu saja suara tuntutan itu tak sampai 100 persen mewakili rakyat. Di Kota Harrogate, warga sekitar juga ikut menggelar demo.

Namun, demo tersebut dilakukan untuk mendukung Brexit. Richard Tice, wakil ketua gerakan Leave Means Leave, mengatakan bahwa massa di London adalah pengecut.

"Kita sudah memilih dan pilihan kita adalah keluar. Referendum kedua hanya akan melukai konstitusi," ungkapnya.

Ratusan ribu penduduk Inggris memenuhi jalanan ibu kota Sabtu (20/10). Mereka menuntut pemerintah untuk mengulang referendum Brexit

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News