Ramadan, Inovasi Layanan Ibadah, Mampukah Kita?

Ramadan, Inovasi Layanan Ibadah, Mampukah Kita?
Kepala Dinas PU Bina Marga Sidoarjo, Sigit Setyawan. Foto Radar Surabaya/ JPNN.com

Selayaknya hal seperti itu diapresiasi untuk mendorong semakin tumbuhnya inovasi dalam pelayanan masyarakat.

Mereka berupaya untuk melepaskan  diri  dari  rutinitas  dan menumbuhkan kreativitas. Sudahkah berbagai inovasi tersebut memberikan kepuasan kepada masyarakat?

Penilaian  kualitas  layanan  bergantung pada tiga hal. Yakni, institusi penyedia  layanan,  sistem  layanan,  dan masyarakat pengguna layanan.

Ketiganya harus terpadu sehingga sistemnya berjalan  sesuai  dengan  kebutuhan pengguna layanan. Masyarakat tinggal menunggu   kesungguhan   penyedia layanan dalam memanfaatkan sistem yang dibuat sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pengguna layanan.

Itulah hakikat inovasi layanan publik. Kita sudah memasuki Ramadan lagi.

Masyarakat menyambutnya dengan semangat yang kurang lebih sama seperti Ramadan lalu.  TV  juga  sama  seperti tahun lalu. Banyak ditawarkan barang yang belum tentu dibutuhkan, namun oleh produsen dibuat agar masyarakat menjadi ingin membeli barang tersebut.

Percakapan  dan  perdebatan  yang sering muncul di layar kaca maupun di media cetak berkutat  pada  masalah yang juga tidak jauh berbeda dari tahun lalu.

Masalah naiknya harga telur, gula, beras,  dan  kebutuhan  pokok  lainnya juga menjadi sesuatu yang rutin terjadi pada  Ramadan.  

BARUSAN berlalu sebuah event, inovasi  pelayanan  publik  tingkat nasional. Itu adalah sebuah simposium dan pameran yang menampilkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News