Rasialisme dan Politik Luar Negeri Indonesia di Pasifik: Teman atau Lawan?
Oleh: Arman Wakum
Konflik-Konflik di atas sedikit banyak disebabkan karena isu SARA dibiarkan subur dan tidak cepat tertangani. Penyelesaian konflik-konflik ini pun melalui proses yang panjang dan melelahkan.
Bekas-bekas konflik itu bahkan masih dapat dilihat dan ditemui saat ini. Kebijakan politik dalam negeri dan luar negeri semestinya berkaitan erat satu sama lain. Kebijakan luar negeri Indonesia untuk memantapkan posisinya di Pasifik dengan tujuan menarik simpati negara-negara Pasifik agar tetap mendukung Papua sebagai bagian dari Indonesia harus disertai dengan kebijakan dalam negeri yang juga “ramah” terhadap “Etnis Melanesia Papua”.
Jika tidak, maka kehadiran Indonesia di Pasifik yang awalnya bertujuan menjadi sahabat, akan dipandang sebagai musuh. Bukannya teman, melainkan lawan.(***)
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UNAS, Jakarta
Perlu diingat bahwa isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) di seluruh dunia adalah isu sensitif yang bisa mendamaikan atau menjadi faktor perpecahan sebuah negara.
Redaktur & Reporter : Friederich
- Kapolda Irjen Fakhiri Tantang KKB Perang Terbuka
- Kemendagri Sosialisasi Sistem Informasi bagi Aparatur Kesbangpol dan Ormas se-Pulau Papua
- 5 Mahasiswa Ini Ditangkap Polisi saat Pesta Miras dan Ganja, Duh
- Pegiat HAM: 1 Mei Jangan Dijadikan untuk Mengganggu Kamtibmas
- Akademisi Minta Prabowo Membentuk Kementerian Urusan Papua
- Bagi Jenderal Maruli, Pengubahan KKB ke OPM Berdampak Seperti Ini