Rasialisme dan Politik Luar Negeri Indonesia di Pasifik: Teman atau Lawan?

Oleh: Arman Wakum

Rasialisme dan Politik Luar Negeri Indonesia di Pasifik: Teman atau Lawan?
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, Arman Wakum. Foto: Dokpri

jpnn.com - Di awal tahun 2021, publik Tanah Air dikejutkan dengan ujaran rasial yang ditujukan kepada pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) asal Papua, Natalius Pigai.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan rasisme atau rasialisme sebagai berikut: Pertama, prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda. Kedua, paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul.

Beberapa penulis menggunakan istilah rasisme untuk merujuk pada preferensi terhadap kelompok etnis tertentu sendiri (etnosentrisme), ketakutan terhadap orang asing (xenofobia), penolakan terhadap hubungan antar-ras (miscegenation), dan generalisasi terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe). 

Rasisme yang menimpa minoritas di negara ini bukan merupakan hal yang baru. Tentu publik masih mengingat rasisme yang menimpa mahasiswa Papua pada 2019 di Surabaya yang berujung pada bentrokan, kekacauan, dan kerusuhan di seantero Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat).

Kerusuhan yang meluas menyebabkan tidak hanya harta benda, melainkan korban jiwa dan berbuntut pada aksi sweeping dan pengusiran para pendatang (non-Papua) di beberapa kota di Tanah Papua. Hal ini menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk sigap dalam mencegah kasus-kasus serupa agar tidak terulang di kemudian hari.

Persoalan Papua yang telah menumpuk bertahun-tahun bagaikan jerami kering yang siap untuk terbakar kapan saja. Bagaikan bensin yang disiram ke dalam api. Hanya dibutuhkan pemicu (trigger) dan sebuah persoalan akan membesar tidak terkendali.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, etnis, dan agama. Jika dikategorikan dalam rumpun etnis utama, maka negara ini terbagi dalam dua etnik besar, yaitu Melayu dan Melanesia. Orang Asli Papua (OAP) adalah termasuk Etnis atau Ras Melanesia.

Etnik Melanesia memiliki ciri utama memiliki kulit cokelat hingga hitam serta berambut keriting. Jumlah OAP hingga akhir 2020 tercatat tidak lebih dari 3 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya 169 juta jiwa, maka OAP jelas merupakan minoritas di Indonesia.

Perlu diingat bahwa isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) di seluruh dunia adalah isu sensitif yang bisa mendamaikan atau menjadi faktor perpecahan sebuah negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News