Ratu Diduga Ikut Kudeta Thaksin
Kamis, 16 Desember 2010 – 22:30 WIB
LONDON - Dugaan campur tangan Ratu Sirikit dalam kudeta militer 2006 yang menyingkirkan Thaksin Shinawatra dari kursi perdana menteri (PM) Thailand kembali muncul. Kemarin (15/12), media Inggris The Guardian menuliskan kembali tudingan serius tersebut. Ini setelah WikiLeaks membocorkan dugaan sama dalam situsnya. Sejak kudeta 2006 lalu, Thailand memang terjerumus ke dalam konflik politik berkepanjangan. Unjuk rasa berskala besar oleh Massa Kaus Merah dan Massa Kaus Kuning silih berganti. Tidak jarang, aksi protes itu berubah menjadi anarkistis. Pada April dan Mei lalu, misalnya. Sedikitnya 90 orang tewas dalam aksi demonstrasi yang dimotori Massa Kaus Merah tersebut.
Politikus yang menuding permaisuri Raja Bhumibol Adulyadej mengotaki kudeta tersebut adalah Samak Sundaravej. Dia pernah tujuh bulan menjabat sebagai PM pada 2008 lalu. "Samak Sundaravej mengklaim Ratu Sirikit sebagai dalang di balik kudeta militer 2006," terang WikiLeaks berdasar memo diplomatik yang diperoleh dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kota Bangkok.
Baca Juga:
Memo rahasia bertanggal Oktober 2008, pernah mencuat paca lengsernya Thaksin. Tapi, ketika itu, Kerajaan Thailand mati-matian membela ratu. Mereka menegaskan bahwa agenda pemerintah dan kerajaan terpisah. "Samak menyebut dirinya sebagai loyalis raja. Tapi, menurut dia, ratu punya kepentingan politik yang tidak sama dengan raja," lanjut Agence France-Presse mengutip memo tersebut.
Baca Juga:
LONDON - Dugaan campur tangan Ratu Sirikit dalam kudeta militer 2006 yang menyingkirkan Thaksin Shinawatra dari kursi perdana menteri (PM) Thailand
BERITA TERKAIT
- 1.119 WNI Berhasil Direpatriasi dari Kawasan Berbahaya Sepanjang 2023
- Xi Jinping Ingin China Jadi Mitra Amerika, Bukan Pesaing
- Guru Besar UI Khawatirkan Dampak Konflik Timur Tengah terhadap Indonesia
- Indonesia Jalin Program Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa
- Ratusan Warga Israel Serbu Masjid di Kota Tua Hebron
- Cegah Dampak Konflik Timteng Meluas, Indonesia tak Boleh Lengah