Ratusan Penerima Vaksin di Singapura Masih Terjangkiti COVID-19, Bukan Berarti Vaksinasi Gagal

Ratusan Penerima Vaksin di Singapura Masih Terjangkiti COVID-19, Bukan Berarti Vaksinasi Gagal
Warga memakai masker pelindung menyeberang jalan di tengah penyebaran penyakit Covid-19 di Singapura. Foto: ANTARA/REUTERS/Caroline Chia

"Penting untuk selalu membandingkannya dengan proporsi orang yang belum divaksin. Katakanlah Singapura mencapai tingkat vaksinasi lengkap 100 persen maka semua kasus infeksi akan berasal dari mereka yang sudah divaksin dan tak satu pun dari yang belum divaksin."

Singapura sudah menginokulasi hampir 75 persen dari 5,7 juta penduduknya, tertinggi kedua setelah Uni Emirate Arab, dan setengah dari populasinya sudah menerima vaksinasi penuh.

Ketika negara-negara dengan program vaksinasi yang sudah maju bersiap hidup berdampingan dengan COVID-19 sebagai penyakit endemik, fokus mereka beralih kepada pencegahan kematian dan kasus serius lewat vaksinasi.

Namun mereka masih bergumul dengan masalah bagaimana membedakan kebijakan kesehatan publik, seperti pemakaian masker di antara mereka yang sudah divaksin dan yang belum.

Singapura dan Israel, contohnya, baru-baru ini memberlakukan lagi sejumlah pembatasan untuk memerangi lonjakan infeksi yang dipicu varian Delta yang sangat menular, sementara Inggris mencabut hampir semua pembatasannya pekan ini meski jumlah kasus masih tinggi.

"Kita harus menerima (fakta) bahwa semua dari kita akan menghadapi pembatasan, divaksin atau tidak divaksin," kata Peter Collignon, pakar penyakit menular dan ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Canberra, Australia.

"Hanya saja pembatasannya akan lebih ketat bagi mereka yang tidak divaksin daripada yang sudah, namun itu tetap berarti mereka harus memakai masker di dalam ruangan, misalnya."

Data Singapura juga menunjukkan bahwa kasus infeksi dalam 14 hari terakhir di antara orang-orang berusia di atas 61 dan sudah divaksin mencapai 88 persen, lebih tinggi dari 70 persen lebih dari kelompok usia yang lebih muda.

Singapura menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna dalam program vaksinasi COVID-19 mereka

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News