Rektor UIN Yogyakarta Dorong Kasus Penendang Sesajen di Semeru Dihentikan, Ini Alasannya

Rektor UIN Yogyakarta Dorong Kasus Penendang Sesajen di Semeru Dihentikan, Ini Alasannya
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Profesor Al Makin membeberkan alasan agar proses hukum kasus penendang sesajen di Semeru dihentikan. Foto: Luqman Hakim/Antara

jpnn.com, YOGYAKARTA - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Profesor Al Makin berharap proses hukum terhadap Hadfana Firdaus, penendang sesajen di Gunung Semeru yang telah ditetapkan menjadi tersangka itu dihentikan.

"Saya menyerukan agar segera proses hukum ini sebaiknya dihentikan dan sebaiknya kita maafkan," kata Al Makin saat konferensi pers di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat (14/1).

Menurut Al Makin, dibandingkan kasus yang menjerat Hadfana Firdaus, banyak pelanggaran lain yang lebih berat terkait dengan kaum minoritas, tetapi tidak masuk ke ranah hukum.

"Banyak sekali kasus yang lebih berat. Saya sendiri punya datanya yang lengkap, pelanggaran rumah ibadah, pelanggaran kepada minoritas, pembakaran, tidak semuanya masuk ranah hukum," bebernya.

Data pelanggaran itu ia dapatkan saat masih menjadi peneliti keragaman hampir di seluruh wilayah di Indonesia.

Mulai dengan meneliti kelompok minoritas pengikut Lia Eden, Gafatar, Ahmadiyah, hingga kelompok-kelompok aliran kepercayaan.

"Banyak sekali dari kelompok-kelompok minoritas itu menderita karena kita sendiri dan ternyata itu tidak semuanya masuk pengadilan," ungkap Al Makin.

Karena itu, menurutnya sangat tidak adil jika hanya seorang saja yang telah mengaku khilaf kemudian diproses hukum.

Rektor UIN Yogyakarta Al Makin membeberkan alasan agar kasus penendang sesajen di Semeru dihentikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News