Remaja Putri Lebih Rentan Depresi

Remaja Putri Lebih Rentan Depresi
Penelitian University of Pennsylvania menemukan remaja putri rentan terhadap depresi. Foto: Getty Images.

jpnn.com - KADANG-kadang, kita merasa tidak bahagia dan berujung ke perasaan frustasi dan depresi. Sebenarnya, wajar jika kita sesekali kita merasa tidak bahagia. Perubahan hormon yang terjadi di masa pertumbuhan membuat emosi seringkali jadi kurang stabil.

Namun kini sebuah penelitian University of Pennsylvania menemukan bahwa gadis-gadis remaja bisa lebih rentan terhadap gangguan depresi dan kecemasan karena aliran darah mereka lebih besar menuju otak yang bisa mengakibatkan menderita gangguan depresi dan juga kecemasan.

Aliran darah diketahui lebih tinggi pada wanita dewasa dibandingkan pria, tetapi penelitian sekarang menunjukkan hal itu sangat berbeda selama seorang remaja akan akan melalui masa pubertas.

Hormon seks estrogen mendorong lebih banyak darah ke kepala perempuan muda dibandingkan dengan laki-laki, dan hal ini bisa menjelaskan perbedaan dalam kondisi kejiwaan mereka.

"Secara umum, perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi terhadap terjadinya anxiety atau gangguan kecemasan dan depresi. Sedangkan pada laki-laki mereka lebih beresiko terkena skizofrenia," kata Profesor Theodore Satterthwaite, seperti dilansir Daily Mail, Minggu (6/7).

Hasil yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa masa pubertas mungkin memiliki implikasi untuk memahami gangguan kejiwaan yang akan dialami, baik oleh remaja putri maupun anak laki-laki.

Pubertas adalah proses biologis yang menentukan perkembangan fisik dan emosi remaja, namun pengaruhnya terhadap sifat dasar fisiologi otak seperti aliran darah otak tidak pernah diselidiki.

"Penelitian masa depan dapat menguji apakah peningkatan aliran darah otak pada anak perempuan setelah pubertas mungkin berhubungan dengan risiko lebih besar untuk gangguan mood dan kecemasan, dan rendahnya risiko skizofrenia pada anak laki-laki," pungkas Profesor Theodore.(fny/jpnn)

KADANG-kadang, kita merasa tidak bahagia dan berujung ke perasaan frustasi dan depresi. Sebenarnya, wajar jika kita sesekali kita merasa tidak bahagia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News