Repotnya Digoyang dari Dalam, Ditekan dari Luar

Repotnya Digoyang dari Dalam, Ditekan dari Luar
Repotnya Digoyang dari Dalam, Ditekan dari Luar

Kelima, tuntutan demo juga dikembangkan dengan konsep sosialisme, yakni mendesak pemerintah untuk memperpendek jarak antara si kaya dan si miskin. Sebuah tuntutan yang tidak terlalu lazim di Negara demokratis dan menganut free trade seperti Taiwan. Itu semua adalah tantangan dalam negeri yang sudah menunggu solusi terbaik Presiden Ma, sebelum Democratic Progressive Party (DPP) dan The Taiwan Solidarity Union (TSU) betul-betul menggelindingkan gerakan impeachment terhadap presiden yang pernah menjadi Walikota Taipei, 1998-2006 ini.

Bagaimana dengan tantangan politik luar negeri? Wow, lebih serem lagi. Terutama terkait dengan Mainland China atau Republik Rakyat Tiongkok, yang beribu kota di Beijing. Saat ini ada 1.000 misil yang diarahkan ke Taiwan, dan sewaktu-waktu, jika stabilitas Selat Taiwan –laut menjadi pembatas China Daratan dengan China Kepulauan (Taiwan)—sedang korsleting.

Presiden Ma mengantungi tiga strategi jitu, yang dia sampaikan dalam press conference dengan wartawan internasional dan local di Istana Presiden itu. Namanya: “The Three Legs of National Security”  Pertama, perdamaian di Selat Taiwan. Kedua, memperluas diplomasi internasional. Ketiga, pasukan atau tentara yang kuat, terlatih dan disegani!

Soal solusi damai di Selat Taiwan itu, sebenarnya selama empat tahun menjadi presiden, Ma Ying-jeou sudah melakuka negosiasi dengan pemerintah RRC. Mereka bahkan sudah merumuskan 16 kesepakatan bilateral. Sebuah langkah damai yang ditunggu-tunggu bukan saja masyarakat kedua negara, tetapi juga bangsa-bangsa lain di dunia. Mungkin termasuk Indonesia, sebab sampai detik ini, RI juga belum berani menjalin komunikasi politik dan hubungan diplomatik dengan Taiwan, tanpa rekomendasi atau di acc oleh RRC.

Soal diplomasi internasional, Taiwan sudah melakukan campaigne dengan sangat simpatik. Seperti yang dijelaskan Presiden Ma, “Ketika Haiti digoncang gempa yang merusak dan memakan banyak korban, Januari 2010, saya mengontak Chen Shuntian, Kepala Tim Special Rescue –semacam Basarnas-nya Taiwan—untuk turun langsung ke area musibah. Apa yang terjadi? Sejak 15 menit menyelamatkan korban yang masih hidup, seluruh dunia melihat dan mendengarnya,” ucap Ma Ying-jeou.

Lalu, lanjut Presiden Ma, saat Jepang dilanda tsunami, yang juga menghempaskan pembangkit listrik tenaga nuklirnya, Maret 2011, Taiwan langsung mengumpulkan donasi hingga 6,6 Miliar Dolar NT. Diplomasi internasional juga terus dilakukan di berbagai sector, untuk memperkenalkan eksistensi Taiwan.

Bagaimana dengan the third leg?  “Kami harus punya tentara yang kuat! Though the world may be at peace, being unprepared to fight invites danger! We do not seek a fight, but we do not fear it, either,” katanya penuh percaya diri. Karena itu, saat ini anak laki-laki jebolan SMA harus mengikuti wajib militer, semacam wamil, tetapi hukumnya wajib. Mereka dididik militer selama satu tahun, untuk sewaktu-waktu bela negara. AS sendiri sudah setuju membantu 18,3 Miliar Dolas AS untuk belanja senjata dan melengkapi persenjataan pasukan Taiwan.

Bagaimana rasanya digoyang dari dalam, ditekan dari luar? Hmm.. Hanya penyanyi dangdut yang bisa merasakan. Menegangkan, sekaligus mengasyikkan. (*)

(*) Penulis adalah Pemred – Direktur Indopos, Wadir Jawa Pos.


TANTANGAN Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou semakin menggunung. Di dalam negeri, gerakan demonstrasi yang mengusung tuntutan agar presiden dan wakilnya,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News