Reuni 212 Upaya Merawat Semangat Anti-Jokowi

Reuni 212 Upaya Merawat Semangat Anti-Jokowi
Massa PA 212 menggelar Aksi 67 di depan Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (6/7). Foto: Elfany Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Direktorat Komunikasi dan Informasi Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ari Junaedi menilai, kepentingan pelaksanaan reuni 212 tak lagi terlihat sejak kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berakhir di pengadilan.

Ari juga menilai peringatan aksi 212 terkesan kehilangan arah, sejak alumni-alumninya terbelah. Beberapa nama beken diketahui tak lagi mendukung kebijakan kelompok yang menggelar reuni di Monas, Jakarta, Minggu (2/12) besok.

Di antaranya, mantan kuasa hukum Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab, Kapitra Ampera. Kemudian, Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam dan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.

Ketua umum DPP Partai Bulan Bintang tersebut diketahui kini memilih menjadi kuasa hukum pasangan calon presiden nomor urut 01.

"Saya kira dari hal-hal yang mengemuka, terkesan agenda reuni 212 sebagai gerakan perlawanan terhadap Jokowi," ujar Ari kepada JPNN, Sabtu (1/12).

Lebih lanjut pakar ilmu komunikasi politik ini memperkirakan, perlawanan terhadap calon presiden petahana Joko Widodo sengaja dipelihara untuk menjatuhkan elektabilitas mantan wali kota Surakarta tersebut di Pilpres 2019.

"Kesannya, gerakan perlawanan terhadap Jokowi sengaja terus dipelihara selaras dengan mimpi Prabowo Subianto ingin menjadi presiden," pungkas Ari.(gir/jpnn)


Peringatan aksi 212 terkesan kehilangan arah, sejak alumni-alumninya terbelah. Beberapa nama beken tak lagi mendukung kebijakan kelompok yang menggelar reuni


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News