Revolusi Energi untuk Negeri (1)

Oleh Dahlan Iskan

Revolusi Energi untuk Negeri (1)
Dahlan Iskan di Xinjiang, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Foto: disway.id

Dengan cara saya itu, listrik swasta tidak usah dimusuhi. Mereka akan mati sendiri –termasuk milik saya.

Sebelum saya mengajukan konsep revolusi energi, coba kita berdiskusi dulu. Cara apa yang akan bisa membuat listrik kita murah –lebih murah daripada semua negara.

Banyak orang berteori pakai tenaga surya, angin, arus laut, air, nuklir, geotermal. Semua itu memang masuk akal, tetapi masih omong kosong untuk Indonesia saat ini. Saat ini. Sampai lima tahun ke depan.

Bahkan, ada yang berteori lebih parah lagi: hidrogen, daya gravitasi, magnet, dan seterusnya. Itu hebat, tetapi bukan untuk hari ini.

Tenaga surya memang akan menjadi masa depan kita. Mungkin 10 tahun lagi. Tunggu datangnya era baterai hebat nan murah.

Air, sudah saya sebutkan kesulitannya: waduk, danau, dan sungai kita terancam pendangkalan terus-menerus. Kalau terlalu mengandalkan air, kita akan krisis listrik di musim kemarau.

Angin juga masih harus tunggu era baterai hebat nan murah. Angin kita –dan angin di mana pun– angin-anginan. Kadang ada –sampai menumbangkan pohon, tetapi lebih sering tidak ada.

Padahal, listrik harus ada terus-menerus –kecuali Anda tidak kaget listrik di rumah Anda mati saat Anda melihat memang lagi tidak ada angin.

Pilih mana, listrik agak mahal, tetapi ada. Atau, tidak ada swasta, tetapi listriknya mati-mati terus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News