Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik

Tak Butuh Empati, Curiga Jadi Senjata Utama

Reza Indragiri, Master Langka Bidang Psikologi Forensik
Foto : Naufal Widi/JAWA POS
Reza menerangkan, ada tiga objek psikologi forensik. Yakni, penegak hukum, korban, dan pelaku kejahatan. Salah satu fungsi psikologi forensik adalah mendeteksi sifat, perilaku, dan kepribadian penjahat. Termasuk di dalamnya tes kebohongan. Namun, tentang yang disebut terakhir, Reza mengungkapkan hasil penelitian yang cukup menarik. "Berdasar penelitian di luar negeri, untuk lebih akurat mengetahui seseorang bohong atau tidak, maling ya diperiksa oleh maling, penjahat oleh penjahat," urainya lantas tersenyum.

   

Reza mengakui, ilmu yang ditekuni itu tidak bisa menghasilkan banyak keuntungan secara finansial. Berbeda halnya dengan cabang ilmu psikologi yang lain. Bahkan, Reza sudah diingatkan saat masuk di University of Melbourne. "Tapi, saya pikir ini strategis. Dengan melihat Indonesia ke depan, psikologi forensik bisa mengambil tempat," katanya optimistis.

   

Saat menempuh pendidikan, dia juga melakukan beberapa penelitian. Di antaranya terkait kejahatan seksual dan pengambilan keputusan dalam sidang. "Saya bisa mengembangkan penelitian tanpa harus menunggu ada kasus-kasus tertentu," terang pria yang pernah mengajar di Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini.

   

Tentang praktik psikologi forensik di tanah air, Reza juga menyoroti banyaknya tindakan yang berangkat dari common sense (pikiran sehat) daripada data terukur. Dia lantas menceritakan saat dirinya diminta ikut mengevaluasi penerimaan siswa di Akademi Kepolisian (Akpol) dari lulusan SMA dan S-1.

   

Salah satu upaya penyidik mengungkap kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang melibatkan Antasari Azhar adalah menggunakan pendekatan psikologi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News