RI Tujuan Investasi Terfavorit Jepang

Tahun Depan Bisa Tumbuh 15 Persen

RI Tujuan Investasi Terfavorit Jepang
RI Tujuan Investasi Terfavorit Jepang

jpnn.com - JAKARTA - Perekonomian Indonesia sejatinya tidak sedang dalam kondisi terbaiknya. Defisit transaksi berjalan yang cukup besar serta depresiasi tajam rupiah masih menjadi masalah yang belum tuntas. Namun hal itu tidak meredupkan kilau Indonesia di mata investor.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ada konsisten di kisaran 5 - 6 persen serta stabilitas politik, menjadi acuan utama investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

"Yang terbaru, awal Desember ini JBIC (Japan Bank for International Cooperation) menempatkan Indonesia sebagai negara terfavorit pilihan investor," ujarnya dalam HSBC Global Economic Outlook 2014 di Jakarta kemarin (4/12).

Setiap tahun, JBIC melakukan survei kepada perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di luar negeri, dan meminta para perusahaan tersebut memilih 5 negara yang menjanjikan untuk bisnis dalam 3 tahun ke depan.

Tahun ini, dari 500 perusahaan yang disurvei, 44,9 persen mengatakan Indonesia merupakan tempat terbaik untuk berbisnis. Dengan hasil itu, peringkat Indonesia yang pada 2012 lalu ada di posisi 3 di bawah Tiongkok dan India, tahun ini melesat ke urutan pertama.

Menurut Mahendra, ada lima faktor yang membuat investor menaruh kepercayaan besar pada prospek investasi di Indonesia, yakni potensi pertumbuhan pasar domestik, upah buruh yang relatif murah, tingginya konsumsi domestik, ketersediaan sumber daya alam, serta pengembangan klaster industri. "Tidak ada negara lain yang potensinya melebihi Indonesia," katanya.

Dalam laporannya, JBIC menyebut bahwa Tiongkok yang sudah 21 tahun menjadi lokasi favorit investor Jepang, tahun ini melorot ke posisi tiga karena beberapa faktor. Diantaranya, upah buruh yang merangkak tinggi, kekhawatiran pada perlambatan ekonomi, serta ketegangan politik antara Tiongkok dan Jepang.

Mahendra menyebut, Indonesia pun sebenarnya memiliki potensi permasalahan yang relatif sama. Misalnya, kata dia, kenaikan upah buruh dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi pertimbangan investor. Selain itu, keterbatasan infrastruktur transportasi juga menjadi kendala, termasuk regulasi bisnis yang belum stabil. "Pemerintah terus berupaya memperbaiki ini, tapi investor tentu akan melihat bagaimana hasilnya," ucapnya.

JAKARTA - Perekonomian Indonesia sejatinya tidak sedang dalam kondisi terbaiknya. Defisit transaksi berjalan yang cukup besar serta depresiasi tajam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News