Ribuan Pengungsi Jadi Korban Perbudakan, Dijual Rp 4,9 Juta

Ribuan Pengungsi Jadi Korban Perbudakan, Dijual Rp 4,9 Juta
Imigran ilegal jadi sasaran para penjual budak di Libya. Foto: AFP

Kehidupan sebagai budak, menurut dia, jauh lebih mengerikan ketimbang menjadi pengungsi yang kekurangan pangan di kamp. Sebab, hampir setiap hari mereka mengalami kekerasan fisik.

Kisah Victory itu dikemas CNN dalam bentuk laporan. Setelah disampaikan ke PBB, kini laporan tersebut diserahkan kepada pemerintah Libya. Pihak Libya berjanji akan menyelidiki praktik perbudakan itu dan menindak mereka yang terlibat dalam sindikat tersebut.

Menurut Mahamat, terdapat 400.000–700.000 pengungsi asal Afrika yang tertahan di Libya. Di antara jumlah itu, baru sekitar 423.000 yang sudah bisa diidentifikasi.

Hingga kini, UA baru bisa memulangkan sekitar 13.000 pengungsi saja. Itu pun terlaksana berkat bantuan UE. Karena itu, dengan kesepakatan yang tercapai Kamis, UE dan UA bertekad mempercepat pemulangan para pengungsi tersebut.

Sementara UE dan UA bergerak cepat mewujudkan repatriasi, Libya didesak untuk membongkar sindikat perdagangan manusia tersebut.

’’Para penyelundup itu pasti punya hubungan dengan banyak jaringan teror di seluruh dunia. Mereka bisa saja berkontribusi berupa pangan atau keuangan,’’ papar Presiden Prancis Emmanuel Macron saat menanggapi kesepakatan UE dan UA tersebut.

Bersamaan dengan itu, negara-negara Afrika juga bersinergi untuk memulangkan warga mereka yang tertahan di Libya. Presiden Nigeria Muhammadu Buhari berjanji akan memulangkan seluruh penduduknya dari Libya.

Pekan ini tercatat 242 warga Nigeria yang sudah dipulangkan. Sedangkan pemerintah Pantai Gading telah memulangkan 316 warganya dari Libya pada pekan ini. (AP/Reuters/CNN/hep/c4/any)


Kehidupan sebagai budak, menurut dia, jauh lebih mengerikan ketimbang menjadi pengungsi yang kekurangan pangan di kamp


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News