Ribut Tumpengan dan Sedekah Bumi, Begini Penjelasan Gus Muwafiq

Ribut Tumpengan dan Sedekah Bumi, Begini Penjelasan Gus Muwafiq
Ulama KH Ahmad Muwafiq saat mengisi program Inspirasi Ramadhan Edisi Buka Puasa bersama Host Nico Siahaan di akun BKN PDI Perjuangan di Youtube, Selasa (5/4). Foto: BKN PDIP

"Sebenarnya, sih, gitu-gitu saja. Itu kan problem market, manusiawi," candanya.

Sama halnya dengan sedekah laut. Konteksnya, kata Gus Muwafiq, adalah wujud syukur kepada lautan. Para nelayan ingin bersyukur kepada makhluk-makhluk yang ada di dalam laut seperti ikan, lumba-lumba, terumbu karang, dan sebagainya.

"Cuma, yang enggak tahu, dikira kasih makan Ratu Kidul atau apa. Itu kasih makan ikan saja yang di laut itu. Masak dikasih makan pampers, sampah, selama ini, kan, kita kasih makan laut bungkus plastik, sampah, bungkus pampers. Maksud saya, yang tidak pernah bergerak di wilayah itu enggak usah ngomong, kalau anda mau ngomong harus berada di situ, agar tahu," tuturnya.

Pangkal masalah ini adalah soal pemahaman dan kontekstualisasi dengan zaman yang terus bergerak. Gus Muwafiq menganggap tidak bisa ada hal-hal yang dipaksakan dari zaman Rasulullah SAW, utamanya terkait budaya Arab, lalu ditransfer begitu saja di Indonesia, atau belahan bumi lain. Khususnya para penganut agama Islam.

"Saya dulu belajar tentang ilmu telepati, puasa berhari-hari, tetapi sekarang saya juga harus tahu diri, karena dengan Rp. 15 ribu, kita pergi ke konter bisa beli kuota. Ini zaman berubah," tutupnya. (antara/jpnn)


Ulama KH Ahmad Muwafiq mengulas mengenai pro dan kontra tradisi tumpengan dan sedekah bumi. Dia berharap tak ada lagi ribut-ribut.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News