Ritual Persembahan untuk Dewi Sri, Habiskan Rp 50 Juta

Ritual Persembahan untuk Dewi Sri, Habiskan Rp 50 Juta
Tradisi Ngider Githa dilaksanakan dengan menyanyikan kakidungan sembari berkeliling di areal persawahan. Foto: Agus Yuliawan/Bali Express/JPNN.com

Serta pangkonan ageng yang terdiri dari nasi, lawar, jejeruk dan daging babi yang dihaturkan saat Ngider Githa, yang usai dipersembahakn selanjutnya akan disantap oleh para ulun desa, pemangku dan tokoh adat secara bersama-sama di tengah sawah.

Seperti pantauan Koran Bali Express (Jawa Pos Group) di lokasi yang berada di wilayah Subak Kusia, Desa Bebetin, Kecamatan Sawan.

Dudonan (susunan pelaksanaan) upacaranya memang lebih dominan dilaksanakan di tengah lahan persawahan yang dimiliki oleh Sang Yajamana (yang memiliki upacara) tersebut.

“Dudonannya dimulai dari rangkaian pegat soot, kemudian dilaksanakan memetik padi atau anggapan, kemudian anggapan tersebut dibawa keliling di tengah areal persawahan dengan menunggangi Sapi Gerumbungan sambil makekidung,” ujar Jero Negara.

Betul saja. Usai dilaksanakan persembahyangan, Sapi Gerumbungan yang telah disiapkan sebanyak tiga pasang tersebut langsung ditunggangi oleh pratisentana (generasi keturunan) Nyoman Labek.

Mereka memeragakan adegan yang menyimbolkan badan dari leluhurnya yang memiliki kaul untuk dibawa keliling areal persawahan sembari membawa anggapan (padi yang dipotong) sebagai simbol keberlimpahan hasil panen.

Para warga sekitar pun ikut berbondong-bondong menyaksikan tradisi langka tersebut. Mereka menunggu atraksi Sapi Gerumbungan beraksi di tengah lahan persawahan yang memang jarang dilihat.

Sorak sorai penonton yang diiringi gamelan gong, semakin membuat suasana tambah semarak saat sapi-sapi tersebut mulai berjalan beriringan mengelilingi persawahan.

Masyarakat Bali sangat kaya akan ritual, termasuk yang berkaitan dengan menanam padi. Semua ritual tersebut memiliki makna, agar padi yang ditanam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News