Riuh Sepi

Oleh: Dahlan Iskan

Riuh Sepi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Oh...dalam dua bulan saya pernah ke Indonesia. Maka bagi yang belum punya WeChat Anda tidak akan bisa scan barcode. Dan bagi yang tidak pernah ke negara lain (dalam dua bukan) isi kolom itu dengan nama negeri sendiri.

Hong Kong belum dingin. Masih hangat. Tianjin sudah agak dingin: 22 derajat celsius. Sudah harus pakai jaket. Nyaman. Segar. Langit biru sekali. Kota industri ini tidak lagi penuh polusi. Hidung terasa menghirup oksigen murni.

Di Tianjin saya tahu harus ke mana dan makan apa. Saya ke masjid terbesar di pusat kota. Usia masjid itu sudah 400 tahun. Bentuknya seperti kelenteng. Persis. Lahannya cukup luas: 7000 m2. Di halamannya ada dua pohon yang dilindungi. Umur keduanya sudah hampir 200 tahun.

Untuk makan saya pilih ke dekat masjid satunya. Huo guo. Asli. Shabu-shabu. Serba rebus. Sehat.

Di area itulah komunitas muslim tinggal. Mereka suku Hui. Suku ini hampir 100 persen Islam. Asal usul mereka adalah pedagang kuno dari Iran (Parsi) yang kawin-mawin dengan suku Han. Jadilah Hui. Suku ini menguasai tiga provinsi: Qinghai, Gansu, dan Ningxia.

Asal usul itulah yang membedakan suku Hui dengan muslim di provinsi Xinjiang. Yang terakhir itu berasal dari pedagang kuno Turkiye campur Arab campur Asia Tengah. Jadilah suku Uygur.

Di Tiongkok, kemarin, tidak ada gempa. Justru di Jakarta, yang saya dengar, gempanya sampai 15 skala Richter. Benarkah pusat gempanya di Istana, di Jalan Teuku Umar, di Jalan Anggrek Neli Murni, dan di sekitar rumah Ahok? (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Berita Selanjutnya:
Almas Gibran

SAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News