Roda Dunia

Roda Dunia
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tahun-tahun itulah terjadi pergeseran demografi: kulit putih berproses ke pinggir kota, kulit hitam berproses ke dalam kota.

Di sebuah apartemen kota itulah terjadi perampokan. Tahunnya 1978. Yang dirampok anak-anak muda berkulit putih. Yang merampok tiga anak muda berkulit hitam.

Di apartemen itu, malam itu, ada dua pasang muda-mudi. Mereka diikat. Lalu ditembak. Tiga orang mati. Satu orang pura-pura mati: Cynthia Douglas.

Cynthia inilah satu-satunya saksi: mengaku melihat Kevin sebagai salah satu dari tiga perampok.

Belakangan Cynthia mencabut pengakuannyi. Dengan alasan: dahulu itu ditekan polisi. Kalau tidak mengaku dia akan dipidanakan.

Media di Kansas City menulis: saat itu Cynthia punya masalah yang bisa dipidanakan –kalau dia tidak ikut kemauan polisi. Bisa jadi polisi juga menemukan sesuatu di apartemen itu.

Polisi memang sangat memaksakan keinginan: padahal sidik jari di senjata yang ditemukan di TKP bukan sidik jari Kevin. Juga bukan sidik jari dua pelaku yang sudah ditangkap. Berarti ada orang ketiga yang harusnya dicari.

Sebenarnya Kevin juga ditawari: mengaku saja. Agar hukumannya hanya 10 tahun. Tapi Kevin tidak mau. Ia tidak merasa ikut di perampokan itu. Ia, malam itu, lagi menonton TV.

Hidup benar-benar seperti roda dunia –kalau kempes tidak tahu di mana menambalkannya: pinjam kata-kata padas gempal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News