Ross Dunkley, Pemimpin Redaksi Myanmar Times yang Terusir
Meliput Diikuti Intel, Menulis Kena Sensor
Sabtu, 14 April 2012 – 00:32 WIB
Meski pernah dipenjara oleh junta militer, Ross Dunkley tetap berniat balik ke Myanmar untuk memperjuangkan kebebasan pers di sana. Anggap Aung San Suu Kyi tidak ubahnya dengan politikus yang lain.
Ridlwan Habib, Nusa Dua
Ridlwan Habib, Nusa Dua
"ANDA pernah ke Myanmar?" tanya Ross Dunkley kepada Jawa Pos setelah presentasi di CEO Conference Publish Asia 2012 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (11/4) lalu. Ross yang berlogat Australia itu mengajukan pertanyaan sembari membagi-bagikan edisi Myanmar Times untuk para peserta.
"Saat ini lebih mudah untuk pergi ke sana (Myanmar), tapi tidak untuk saya," tambahnya. Ross adalah warga negara asing pertama yang bekerja sebagai pemimpin media di Myanmar sejak 2000.
Dia juga merupakan investor asing pertama di bidang media di negara yang dahulu disebut Burma itu. "Saya sedang menantikan kebebasan rekan seperjuangan, Sonny Swe, yang dipenjara sejak 2004," katanya.
Meski pernah dipenjara oleh junta militer, Ross Dunkley tetap berniat balik ke Myanmar untuk memperjuangkan kebebasan pers di sana. Anggap Aung San
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor